Bloomberg Technoz, Jakarta - Dua emiten bank syariah baru akan ikut bergabung dalam pasar modal Republik Indonesia. Di tahun 2026, rencana initial public offering (IPO) ini akan dilangsungkan oleh Bank Mega Syariah [BMS] dan PT Bank Jabar Banten Syariah (BJB Syariah).
Kedua bank syariah ini tengah memperkuat ekuitas perusahaan dari kinerja laba, serta memperkuat fundamental perusahaan. Lalu, bagaimana profil dua perusahaan bank syariah tersebut? Berikut ulasannya:
1. Bank Mega Syariah
Dilansir dari situs resmi PT Bank Mega Syariah, lembaga keuangan ini didirikan pada tanggal 14 Juli 1990 dengan nama PT Bank Umum Tugu atau Bank Tugu.
Pendirian itu berdasarkan Akta Pendirian Nomor 102 di hadapan notaris Mudofir Hadi, S.H. Kemudian, pada tahun 2001 bank ini diakuisisi oleh PT CT Corpora melalui PT Mega Corpora dan PT Para Rekan Investama.
Akuisisi ini diikuti dengan konversi kegiatan usaha pada tanggal 27 Juli 2004 yang semula bank umum konvensional menjadi bank umum syariah dengan nama PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) serta dilakukan perubahan logo. Lalu, tanggal 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi.
Bank Mega Syariah mendapatkan izin sebagai bank devisa pada 16 Oktober 2008 lalu. Sehingga, dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat dalam perdagangan internasional.
Selain itu, Bank Mega Syariah pada tahun 2009 mendapatkan izin sebagai Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH) oleh Kementerian Agama RI.
Pada tahun 2010, pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dengan modal disetor yang naik dari Rp150,060 miliar menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp1,150 triliun.
Tahun 2024, Bank Mega Syariah mencatatkan laba bersih mencapai Rp253,19 miliar. Angka itu naik sebesar 6,06% secara tahunan (yoy). Laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp323,22 miliar, meningkat 5,92% yoy.
Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan laba usaha yang tercatat sebesar 4,33% yoy. Pembiayaan yang disalurkan Bank Mega Syariah tumbuh 10,45% yoy, menjadi Rp7,72 triliun.
2. PT Bank Jabar Banten Syariah (BJB Syariah)
Dilansir dari situs resmi BJB Syariah, pendirian lembaga keuangan ini diawali dengan pembentukan Divisi atau Unit Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk pada tanggal 20 Mei 2000 lalu.
Pembentukan itu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk menggunakan jasa perbankan syariah pada saat itu.
Setelah 10 tahun berlaku, melalui persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk diputuskan untuk menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.
Hingga saat ini Bank BJB Syariah telah memiliki 10 kantor cabang, 53 kantor cabang pembantu, 3 mobil Kas Keliling, jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di daerah Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dan 77.000 jaringan ATM Bersama.
Tahun 2024, Bank BJB Syariah mencatatkan laba bersih Rp6,4 miliar, angka itu susut 59,8% secara tahunan (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp15,93 miliar.
Sedang, pendapatan setelah distribusi bagi hasil BJB Syariah tumbuh 9,42% yoy menjadi Rp144,33 miliar dibanding tahun sebelumnya Rp131,91 miliar.
Untuk pendapatan non bunga atau pendapatan berbasis komisi (fee based income) susut 26,22% secara tahunan menjadi Rp14 miliar dari sebelumnya Rp18,92 miliar.
(mef/spt)