Logo Bloomberg Technoz

Impor Tumbuh Usai 'Tiarap'

Adapun impor juga diperkirakan tumbuh positif pada Februari setelah sempat terkontraksi (tumbuh negatif) pada bulan sebelumnya. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilan median proyeksi pertumbuhan impor pada Februari sebesar 1,2% yoy.

Meski impor tumbuh terbatas, tetapi lebih baik ketimbang Januari yang tekontraksi 2,67% yoy.

Mayoritas impor Indonesia, lebih dari 90%, adalah bahan baku/penolong dan barang modal untuk keperluan industri dalam negeri. Jadi kalau performa industri baik, maka impor juga akan terungkit.

Kebetulan itu yang terjadi. S&P Global melaporkan, aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) di Indonesia periode Februari berada di  53,6. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,9 dan menjadi yang tertinggi dalam 11 bulan terakhir.

"Sektor manufaktur Indonesia membaik pada pertengahan kuartal I-2025. Pemesanan baru (new orders) tumbuh kuat, tercepat dalam hampir setahun. Produksi (output) pun meningkat, demikian pula pembelian bahan baku dan rekrutmen karyawan," sebut laporan S&P Global.

Bahkan, peningkatan tenaga kerja pada Februari menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

"Ke depan, dunia usaha melaporkan optimisme yang kuat. Ekspektasi tumbuh ke posisi tertinggi dalam hampir 3 tahun," lanjut laporan S&P Global.

Pekerja beraktivitas di salah satu pabrik minuman instan di Cikupa, Banten, Selasa (5/11/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Neraca Dagang Surplus Lagi?

Pertumbuhan ekspor dan impor juga diperkirakan belum mengancam neraca perdagangan. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi neraca perdagangan untuk Februari surplus US$ 2,24 miliar.

Surplus ini memang menyusut dibandingkan Januari US$ 3,45 miliar. Namun sudah cukup untuk mengantar neraca perdagangan Indonesia menuju surplus 58 bulan beruntun atau nyaris 5 tahun tidak pernah defisit.

Surplus neraca perdagangan tentu membantu perbaikan sektor eksternal Indonesia. Terlihat dari defisit transaksi berjalan (current account) yang menipis.

Pada kuartal IV-2024, defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat US$ 1,1 miliar atau 0,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Turun dibandingkan kuartal sebelumnya yakni US$ 2 miliar (0,6% PDB).

Untuk 2025, defisit transaksi berjalan diperkirakan bisa terjaga stabil di rentang 0,5–1,3% PDB. Salah satunya karena neraca perdagangan yang terus surplus.

(aji)

No more pages