Logo Bloomberg Technoz

Sonja Wind - Bloomberg News

Bloomberg, Kasus campak di Eropa melonjak tahun lalu mencapai level tertinggi sejak 1997, menyoroti celah dalam cakupan vaksinasi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Campak kembali merebak, dan ini merupakan peringatan bagi kita semua,” kata Hans Kluge, Direktur Regional WHO untuk Eropa. “Setiap negara harus meningkatkan upaya untuk menjangkau masyarakat yang belum divaksinasi secara optimal.”

Pada tahun 2024, tercatat sekitar 127.350 kasus campak di wilayah tersebut—dua kali lipat dari tahun sebelumnya—berdasarkan analisis WHO dan UNICEF yang dirilis pada Kamis (13/03/2025). Setelah mengalami penurunan sejak 1997, kasus campak baru-baru ini kembali meningkat, sementara tingkat vaksinasi di banyak negara belum kembali ke angka sebelum pandemi, sehingga memperbesar risiko wabah, menurut WHO dan UNICEF dalam sebuah pernyataan.

Anak-anak di bawah usia lima tahun menyumbang lebih dari 40% dari kasus yang dilaporkan di 53 negara di Eropa dan Asia Tengah yang menjadi cakupan penelitian ini. Berdasarkan data awal hingga 6 Maret, telah tercatat 38 kematian akibat penyakit ini.

Campak merupakan salah satu virus paling menular yang menyerang manusia. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia dan diare, bahkan berujung pada rawat inap dan kematian. Campak juga dapat menyebabkan masalah jangka panjang seperti kebutaan dan penurunan kekebalan tubuh terhadap penyakit lain.

“Ada tren penurunan cakupan imunisasi rutin pada anak,” kata Ben Kasstan-Dabush, asisten profesor di London School of Hygiene & Tropical Medicine. “Banyak orang mungkin tidak lagi ingat seberapa berbahayanya infeksi seperti campak.”

Wabah campak juga muncul di Amerika Serikat, di mana seorang anak yang tidak divaksinasi meninggal di Texas bulan lalu. Ini menjadi kasus kematian akibat campak pertama di negara tersebut dalam satu dekade terakhir. Penyebaran wabah di Texas terus berlanjut hingga saat ini.

Di kawasan Eropa, Rumania mencatat jumlah kasus tertinggi pada 2024, disusul Kazakhstan. Di Bosnia dan Herzegovina, Montenegro, Makedonia Utara, serta Rumania, kurang dari 80% anak yang memenuhi syarat mendapatkan vaksin campak pada 2023—jauh di bawah ambang batas 95% yang diperlukan untuk mempertahankan kekebalan kelompok.

WHO dan UNICEF menyerukan kepada pemerintah negara-negara yang sedang mengalami wabah untuk “segera meningkatkan pencarian kasus, pelacakan kontak, dan mengadakan kampanye vaksinasi darurat.”

“Menjangkau orang tua yang ragu terhadap vaksin, serta masyarakat yang terpinggirkan sekaligus mengatasi ketimpangan akses terhadap vaksin harus menjadi fokus utama semua upaya pencegahan,” kata WHO dan UNICEF.

(bbn)

No more pages