Logo Bloomberg Technoz

Menguji Keamanan Berinvestasi di Surat Utang RI

Ruisa Khoiriyah
14 March 2025 14:19

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Laporan kinerja keuangan negara terakhir yang menyodorkan fakta terjadinya defisit karena penerimaan pajak yang anjlok, menimbulkan pertanyaan di kalangan investor, apakah itu berarti risiko berinvestasi di instrumen yang diterbitkan negara seperti Surat Berharga Negara (SBN) ritel menjadi lebih besar?

Benarkah menempatkan dana di aset SBN yang diterbitkan oleh negara, bisa berujung default atau gagal bayar dengan kondisi keuangan negara yang sudah tekor di awal tahun? 

Ketika kinerja APBN terbaru diumumkan pada Kamis kemarin, reaksi pasar keuangan memang negatif.

Harga surat utang negara di pasar sekunder turun, terindikasi dari kenaikan tingkat imbal hasil atau yield-nya di hampir semua tenor. Bukan cuma itu, harga saham pun turut terseret hingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup 'merah' dengan penurunan 0,26%. Penurunan itu berlanjut sampai perdagangan Jumat tengah hari ini. IHSG merosot sudah lebih dari 1%.

Adapun harga surat utang negara yang pagi tadi masih cenderung tertekan, siang ini berbalik bangkit menyusul terpangkasnya lagi bunga diskonto Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dalam lelang rutin hari ini.