Heesu Lee - Bloomberg News
Bloomberg, Indonesia berencana untuk kembali mengizinkan sektor kehutanannya yang sangat besar untuk menjual kredit karbon setelah absen selama tiga tahun. Ini merupakan sebuah langkah yang dapat membantu pasar karbon yang sedang mengalami kesulitan untuk pulih.
Negara Asia ini bertujuan untuk melanjutkan penjualan bulan depan dari proyek-proyek berbasis alam termasuk konservasi lahan gambut dan reboisasi, mencabut moratorium yang diberlakukan pada awal tahun 2022, menurut Riza Suarga, presiden Asosiasi Perdagangan Karbon Indonesia. Dalam sebuah pernyataan terpisah pada Kamis (13/3/2025), Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mengatakan bahwa perdagangan akan segera diluncurkan untuk sektor swasta dan hutan yang dikelola oleh masyarakat.
Pemerintah “sangat berkomitmen untuk mempercepat pasar karbon,” kata Suarga dalam sebuah wawancara. Indonesia juga telah melakukan pembicaraan dengan lembaga pencatat karbon internasional untuk membangun pengakuan bersama dan mendapatkan dukungan untuk proyek-proyek baru, katanya.
Kredit tersebut merupakan bagian penting dari pasar global yang dapat membantu perusahaan dan negara untuk mencapai target nol emisi dan dapat bernilai hingga US$1 triliun pada tahun 2050. Penjualan dari pasar kehutanan diperkirakan akan tumbuh hingga Rp258,7 triliun ($15,7 miliar) per tahun pada tahun 2034, menurut pernyataan dari kementerian kehutanan.
Indonesia menghentikan persetujuan atas penggantian kerugian karbon baru dan membekukan ekspor kredit dalam upaya untuk mempertahankan lebih banyak manfaat dari proyek-proyek mitigasi emisi, termasuk kemungkinan menggunakannya untuk memenuhi tujuan iklimnya sendiri. Proyek-proyek karbon yang sudah ada, termasuk salah satu yang terbesar di dunia, kemungkinan tidak akan diikutsertakan dalam penjualan pada bulan April, ujar Suarga.
(bbn)