Logo Bloomberg Technoz

Kallas menegaskan kesiapan Uni Eropa untuk merespons ancaman AS, namun ia juga menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri karena perang dagang biasanya memicu lonjakan inflasi yang merugikan konsumen.

"Kami tetap berpikir jernih, dan tentu saja kami siap bertindak serta membela kepentingan kami jika memang diperlukan," ujarnya.

Sementara investor mencermati ancaman tarif terbaru Trump di tengah laporan inflasi yang masih terkendali, aksi jual saham di AS yang telah berlangsung selama tiga minggu kembali meningkat pada Kamis. Hal ini mendorong S&P 500 masuk ke wilayah koreksi dan berada di level terendah dalam enam bulan terakhir.

Saham produsen minuman beralkohol Eropa juga mengalami penurunan tajam. LVMH, yang memiliki merek sampanye seperti Moët & Chandon dan Veuve Clicquot, turun hingga 2,2%. Remy Cointreau SA, produsen cognac, anjlok 4,5%, sementara Pernod Ricard, pembuat minuman keras, melemah 3,6%.

Kallas, yang dikenal sebagai sosok keras terhadap Rusia, juga menanggapi pernyataan Presiden Vladimir Putin yang pada hari yang sama menyatakan ingin membahas usulan gencatan senjata di Ukraina dengan AS. Namun, Putin memperingatkan bahwa setiap kesepakatan gencatan senjata harus mengarah pada resolusi jangka panjang atas konflik tersebut.

"Kami sudah melihat berbagai kesepakatan gencatan senjata sebelumnya, tetapi Rusia tidak pernah menepatinya," kata Kallas, seraya menegaskan bahwa kini bola ada di tangan Moskow untuk menunjukkan itikad baik.

Sejak menjabat pada Januari, Kallas kerap mengkritik perubahan mendadak dalam kebijakan luar negeri Trump.

Setelah perselisihan terbuka antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Gedung Putih, mantan Perdana Menteri Estonia itu menulis di media sosial, "Dunia bebas membutuhkan pemimpin baru," serta menegaskan bahwa, "Kini giliran kita, orang-orang Eropa, untuk menghadapi tantangan ini."

Kallas berulang kali menekankan bahwa setiap potensi perjanjian damai untuk menghentikan perang Rusia harus melibatkan Ukraina dan Eropa, yang saat ini disisihkan dari negosiasi.

Upaya diplomatiknya dengan AS baru-baru ini mengalami hambatan ketika pertemuan yang sebelumnya diumumkan secara terbuka dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mendadak dibatalkan dengan alasan "masalah jadwal."

Hingga beberapa jam sebelum pertemuan G7 berakhir, pertemuan bilateral antara Kallas dan Rubio masih belum terjadi. Namun, ia mengatakan bahwa mereka sempat berbicara di sela-sela pertemuan dan interaksi mereka berjalan dengan "sangat positif."

(bbn)

No more pages