Akan tetapi, hasil kajian berada di bawah perkiraan Erindra yang sebelumnya ditaksir mencapai 2,9 juta ton produksi kumulatif dan umur tambang selama 40 tahun. "Hasil kajian (MDKA) menyiratkan produksi kumulatif lebih rendah dari asumsi, yakni sebesar 1,8 juta ton dengan perkiraan umur tambang selama 30 tahun," terang Erinda, Rabu (17/5/2023).
Secara terpisah, analis BRI-Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan memperkirakan, TB Tembaga baru bisa dimonetisasi mulai 2026. Ini dengan asumsi pengerjaan konstruksi fasilitas produksi tambang tengah dikerjakan.
Untuk tahap pertama, perusahaan mengerjakan fasilitas untuk meningkatkan kadar bijih (concentrator) dengan kapasitas produksi 4 juta ton per tahun dan ditargetkan beroperasi pada 2026.
"Perusahaan kemudian akan meningkatkan kapasitas produksi concentrator menjadi 24 juta ton per tahun pada 2034," terang Hasan.
Ia menambahkan, hasil kajian memberikan gambaran yang lebih jelas untuk proyek TB Tembaga. Ini menjadi alasan Hasan mempertahankan rekomendasi buy MDKA dengan target harga Rp5.350/saham.
Sementara, Erindra memiliki rekomendasi yang sama, namun dengan target harga yang diturunkan menjadi Rp4.340/saham dari sebelumnya Rp5.460/saham. Perubahan ini, salah satunya karena hasil kajian yang lebih rendah dari asumsi, sehingga valuasi TB Tembaga menjadi senilai US$3,9 miliar dari sebelumnya yang diperkirakan US$3,9 miliar.
(dhf)