Data tersebut mengindikasikan Indonesia memasuki masa awal persiapan pemilu tahun depan. Periode kampanye pun telah dimulai. Para pemangku kebijakan tidak lagi berpikir bekerja penuh di dalam pemerintahan. Kerja politik dan persiapan jelang 2024 pun mengambil porsi waktu. Situasi yang terjadi saat ini membuat investor cenderung wait and see.
Pada bagian lain target serta implementasi dalam menjalankan roda ekonomi, juga dihitung kembali oleh investor, termasuk faktor perubahan nilai tukar.
Menariknya, setelah masa pemungutan suara terdapat reli. Asing cenderung mencatatkan net buy yang tinggi. Aksi beli oleh investor asing ini sekaligus mendukung penguatan IHSG pada masa tersebut.
Kondisi saat itu mencerminkan semakin meningkatnya kepercayaan diri investor asing terhadap keberlangsungan perekonomian Indonesia setelah melewati masa pemilu.
Adapun berdasarkan data pada tahun 2014 saat pemilu juga berlangsung, investor asing tercatat net buy sebesar Rp42 triliun. Pada tahun 2019 juga asing mencetak net buy mencapai Rp49 triliun.
Sektor saham potensial
Jika menelaah lebih jauh data historis di atas, sejumlah sektor saham berpotensi diuntungkan setelah periode pemilu berjalan lancar, yang diiringi dengan reli pada indeks. Chisty Maryani, Financial Expert Ajaib Sekuritas memaparkan, sektor yang prospektif di antaranya adalah consumer goods, ritel, serta komoditas pertambangan logam dan mineral.
"Tahun 2023 ini merupakan tahun menjelang pemilu pada 2024 mendatang, oleh karena itu sektor consumer goods, dan sektor ritel dapat dipertimbangkan," jelas Chisty.
Katalis yang mempengaruhi sektor tersebut diantaranya adalah meningkatnya Upah Minimum Provinsi (UMP) hingga maksimal 10% sejak awal tahun.
Dengan demikian, secara langsung dan tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang secara otomatis meningkatkan permintaan. Dalam setuasi seperti ini emiten pada sektor konsumer dan sektor ritel mendapatkan potensi berkah.
Lanjut, pada sektor komoditas pertambangan logam dan mineral dipengaruhi oleh sentimen terkait ekonomi China yang tengah re-opening ekonominya. Terdapat potensi peningkatan permintaan komoditas pertambangan logam dan mineral, dimana industri manufaktur China membutuhkannya.
Hilirisasi komoditas nikel di Indonesia juga berpotensi menciptakan nilai tambah akan nilai jual produk. Komitmen memajukan industri baterai listrik dari pemerintah yang berkuasa saat ini, juga turut mendorong permintaan akan komoditas terkait. Imbasnya tentu positif untuk saham-saham nikel di masa depan.
Sektor saham lainnya yang dapat dipertimbangkan memiliki prospek cerah adalah telekomunikasi. Menjelang tahun pemilu biasanya penggunaan traffic data seluler meningkat pesat. Ini ditambah dunia digital jadi saluran aspirasi atau kampanye pilihan banyak kelompok politik ataupaun partai politik jelang tahun pemilu 2024.
(fad/wep)