Ian King - Bloomberg News
Bloomberg, Intel Corp resmi menunjuk Lip-Bu Tan sebagai CEO baru, mempercayakan veteran industri semikonduktor ini untuk mengemban salah satu tugas paling berat di sektor cip.
Tan, 65 tahun, akan mulai menjabat pada 18 Maret, demikian diumumkan perusahaan dalam pernyataan resmi pada Rabu (12/3/2025). Ia juga akan kembali bergabung dalam dewan direksi setelah sebelumnya mengundurkan diri pada Agustus 2024.
Sebagai mantan CEO Cadence Design Systems Inc, Tan dihadapkan pada tantangan besar untuk memulihkan kejayaan Intel. Perusahaan yang pernah menjadi pemimpin industri cip ini kini mengalami kemunduran, kehilangan pangsa pasar, menghadapi hambatan produksi, serta penurunan pendapatan yang drastis. Beban utang yang besar juga memaksa Intel melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 15.000 karyawan.
Dalam memo kepada karyawan, Tan mengaku yakin dapat membawa Intel bangkit kembali.
"Saya tidak bilang ini akan mudah. Tidak akan. Tetapi saya bergabung karena saya percaya sepenuh hati bahwa kita memiliki segala yang dibutuhkan untuk menang. Intel memainkan peran penting dalam ekosistem teknologi, baik di AS maupun global," ujarnya.
Penunjukan Tan langsung berdampak positif terhadap pasar. Saham Intel melonjak lebih dari 10%, setelah sebelumnya naik 4,6% dalam perdagangan reguler di New York pada Rabu. Meski begitu, dalam 12 bulan terakhir, saham Intel telah anjlok 54%, menjatuhkan nilai pasarnya menjadi US$89,5 miliar.
Pendahulu Tan, Pat Gelsinger, dipaksa mundur oleh dewan direksi karena dinilai gagal menghidupkan kembali lini produk Intel. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah menciptakan cip akselerator kecerdasan buatan (AI) yang bisa bersaing dengan produk Nvidia Corp. Perusahaan yang dulu berada di bawah bayang-bayang Intel ini kini justru mendominasi pasar, dengan pendapatan dan valuasi yang melesat berkat ledakan permintaan cip AI.
"Ini kabar baik bagi Intel," ujar Stacy Rasgon, analis dari Bernstein. "Jika harus memilih seseorang, Lip-Bu akan ada di puncak daftar itu."
Gelsinger sebelumnya juga berambisi mengubah Intel menjadi foundry cip—produsen kontrak yang membuat cip untuk pihak lain. Namun, upaya ini masih dalam tahap awal.
Tan menegaskan bahwa ia akan melanjutkan strategi tersebut. "Kami akan bekerja keras untuk mengembalikan Intel sebagai perusahaan produk kelas dunia, membangun foundry kelas dunia, dan memberikan kepuasan terbaik bagi pelanggan," tulisnya dalam memo di situs resmi Intel. "Itulah yang dibutuhkan saat ini untuk membentuk kembali Intel ke masa depan."
Meskipun masih menjadi salah satu produsen cip terbesar di dunia dengan pendapatan tahunan lebih dari US$50 miliar, posisi Intel semakin terancam. Prosesor Intel masih menjadi komponen utama dalam lebih dari 70% PC dan server global, tetapi kesalahan dalam pengembangan produk telah membuka celah bagi para pesaing.
Selain Nvidia, Advanced Micro Devices Inc (AMD) juga terus merebut pangsa pasar di segmen PC dan server, serta lebih siap dalam persaingan cip AI. Saat ini, Intel bahkan tidak lagi masuk dalam 10 besar perusahaan semikonduktor dunia berdasarkan nilai pasar.
Tan, eksekutif kelahiran Malaysia yang besar di Singapura, menempuh pendidikan di Nanyang University dalam bidang fisika sebelum melanjutkan studi di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan meraih gelar magister teknik nuklir. Ia kemudian meninggalkan studi doktoralnya untuk mengambil MBA di University of San Francisco.
Tan memulai kariernya di bidang investasi ventura sebelum bergabung dengan dewan direksi Cadence pada 2004. Ia menjadi co-CEO pada 2008 dan mengambil alih posisi CEO penuh pada 2009, kemudian menjabat sebagai chairman hingga 2023.
Di bawah kepemimpinannya, Cadence—bersama rivalnya Synopsys Inc—mendominasi pasar perangkat lunak desain cip. Produk mereka menjadi sangat penting seiring meningkatnya kompleksitas semikonduktor modern, membantu insinyur menciptakan cetak biru untuk miliaran transistor dalam setiap cip.
Dulu, menjadi CEO Intel adalah posisi paling prestisius di industri semikonduktor. Pada masa kejayaannya, margin laba kotor Intel mencapai lebih dari 60%, angka yang luar biasa tinggi bagi perusahaan manufaktur. Namun kini, margin tersebut merosot menjadi separuhnya.
Ketika Gelsinger mengambil alih pada 2021, ia dianggap sebagai penyelamat potensial. Namun, serangkaian laporan keuangan mengecewakan—termasuk laporan Agustus 2024 yang disebut sebagai yang terburuk dalam sejarah Intel—membuat investor kehilangan kepercayaan.
Pada 2024, saham Intel menjadi yang berkinerja terburuk di Indeks Philadelphia Semiconductor, anjlok 60%. Nilai pasar Intel kini kembali ke level 1990-an, membuka kemungkinan skenario yang dulu tak terpikirkan: akuisisi oleh perusahaan lain.
Tan harus menghadapi pendekatan dari berbagai perusahaan yang tertarik mengambil alih Intel atau sebagian asetnya. Qualcomm Inc, Broadcom Inc, dan Arm Holdings Plc telah menjajaki kemungkinan akuisisi, menurut laporan Bloomberg News. Jika ada tawaran resmi, dewan direksi Intel akan berada di bawah tekanan untuk mempertimbangkan opsi yang mungkin sebelumnya ditolak Gelsinger.
Sementara itu, pemerintahan Donald Trump dikabarkan telah mendekati Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC), meminta mereka mempertimbangkan untuk mengambil alih pabrik Intel dalam skema spin-off. Berdasarkan laporan Bloomberg, TSMC akan mengelola dan mengonversi pabrik Intel agar lebih menarik bagi pelanggan eksternal.
Namun, tak lama setelah laporan tersebut muncul, TSMC justru mengumumkan di Gedung Putih bahwa mereka akan meningkatkan investasinya di Arizona. Keputusan ini mengindikasikan bahwa TSMC lebih memilih fokus pada proyeknya sendiri ketimbang menyelamatkan Intel.
Sebagai salah satu penerima dana terbesar dari cips and Science Act, Intel mendapat hampir US$8 miliar dari pemerintah AS untuk memperkuat produksi semikonduktor domestik. Namun, dana ini bergantung pada pencapaian target tertentu, termasuk pembangunan pabrik baru di AS—yang beberapa di antaranya sudah tertunda, termasuk kompleks di Ohio. Presiden Trump sendiri sempat mengkritik program ini.
Ketua Intel, Frank Yeary, menyatakan bahwa pengalaman Tan dalam membenahi Cadence bisa menjadi aset besar bagi Intel.
"Dia memimpin transformasi budaya yang berfokus pada inovasi dan kepuasan pelanggan," kata Yeary.
"Di bawah kepemimpinannya, Cadence menggandakan pendapatan, meningkatkan margin operasional, dan nilai sahamnya melonjak lebih dari 3.200%," tambahnya. "Dia juga mengenal Intel dengan baik, baik sebagai mitra bisnis maupun sebagai mantan anggota dewan direksi."
Jika Tan gagal membalikkan keadaan Intel, ujar analis Bernstein Stacy Rasgon, "mungkin memang Intel sudah tidak bisa diselamatkan."
(bbn)