Apa saja tarif-tarif baru yang diumumkan Trump?
Langkah-langkah Trump memperluas rezim tarif yang sudah ada untuk logam. Tarif untuk impor baja AS telah ditetapkan sebesar 25%, tetapi pengecualian sebelumnya yang dinikmati beberapa negara kini telah dicabut. Mengenai impor aluminium, tarif sebelumnya sebesar 10% naik menjadi 25%.
Selain mencakup logam dalam bentuk olahan, pungutan ini juga meliputi sejumlah produk yang dibuat menggunakan baja dan aluminium yang dibutuhkan untuk memproduksi mobil, bingkai jendela, dan gedung pencakar langit. Artinya, tarif ini bakal berdampak luas pada harga konsumen AS.
Mengapa baja dan aluminium?
Selama kampanye kepresidenan pertamanya sukses satu dekade lalu, Trump mengecam kemunduran kota-kota baja dan pusat-pusat aluminium AS setelah puluhan tahun produksi menurun dan lapangan kerja menyusut di tengah kebangkitan China sebagai negara adidaya manufaktur dunia.
Pada tahun 2018, selama masa jabatan pertamanya di Gedung Putih, Trump memberlakukan tarif baja dan aluminium sebelumnya bertujuan meningkatkan produksi AS dengan membuat bahan asing lebih mahal bagi pembeli AS.
Namun, beberapa pemasok utama, seperti Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa pada akhirnya dikecualikan. Saat ini, industri AS mengaku masih berjuang untuk bersaing dengan impor.
Secara lebih luas, gesekan perdagangan di sektor baja dan aluminium global telah meningkat setahun terakhir karena makin banyak produk dari China membanjiri pasar. Hal ini mendorong langkah perdagangan terhadap impor China dari berbagai negara, seperti Vietnam, India, dan Uni Eropa.

Negara mana yang paling terpengaruh oleh tarif logam?
Menurut data dari Morgan Stanley, impor bersih AS mencapai lebih dari empat perlima kebutuhan aluminium negara ini, dan sekitar 17% dari kebutuhan baja.

Masih berdasarkan data yang sama, Kanada akan menanggung beban tarif sebagai pemasok utama kedua logam tersebut ke negara tetangganya di selatan. Negara ini menyumbang 58% impor aluminium AS berdasarkan volume, diikuti oleh 6% dari Uni Emirat Arab, dan 4% dari China.
Untuk baja, Kanada kembali menjadi kontributor terbesar dengan 23%, diikuti oleh Brasil 16%, Meksiko 12%, dan Korea Selatan 10%.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Rekam jejak Trump selama menjabat — pada masa jabatan pertamanya dan sejauh ini pada periode keduanya — menunjukkan adanya ruang untuk negosiasi.
Beberapa negara atau wilayah eksportir akhirnya mendapat pengecualian dari tarif logam yang diberlakukan pada masa jabatan pertama Trump. Bberapa perusahaan minyak juga menerima pengecualian berdasarkan kebutuhan mereka akan produk khusus.
Namun, kali ini, Trump memberi isyarat bahwa tarif baja dan aluminium kali ini tidak ada kelonggaran. Australia gagal, pada saat-saat terakhir, mendapat pengecualian meski ada kampanye lobi dari pemerintah, yang merupakan pukulan bagi hubungan antara kedua sekutu lama ini.
Trump bahkan mengancam akan menggandakan bea masuk terhadap Kanada menjadi 50%, tetapi kembali ke rencana semula beberapa jam kemudian.
Trump mengatakan ia ingin memberlakukan tarif impor tembaga, tetapi tarif tersebut akan memakan waktu lebih lama untuk diterapkan dibandingkan dengan tarif impor aluminium dan baja.
Akankah tarif-tarif tersebut mencapai tujuannya?
Saat pemerintahan pertama Trump mengumumkan tarif baja dan aluminium, tujuannya untuk membuat AS bisa swasembada logam-logam tersebut. Namun, pada tahun 2024, produksi industri baja AS 1% lebih rendah dibandingkan tahun 2017, sebelum tahap pertama tarif Trump, dan industri aluminium memproduksi hampir 10% lebih sedikit.

Meningkatnya biaya — terutama untuk tenaga kerja dan energi — telah menjadi pendorong utama dalam penurunan jangka panjang industri-industri ini. Kanada memainkan peran penting dalam memasok aluminium ke AS karena pabrik-pabriknya sering menggunakan tenaga air yang murah.
Secara lebih luas, para ekonom memperingatkan bahwa penerapan tarif besar-besaran oleh Trump berisiko meningkatkan belanja rumah tangga, seperti bahan makanan dan bensin — yang berpotensi memicu tekanan inflasi yang ingin dihentikan presiden.
Para pejabat pemerintah membantah pungutan tersebut merupakan bagian dari strategi ekonomi yang lebih luas — termasuk perpanjangan pemotongan pajak dan perluasan produksi energi dalam negeri — yang akan membantu menurunkan biaya secara keseluruhan.
Namun, kemerosotan pasar saham baru-baru ini menggarisbawahi kekhawatiran tentang potensi "Trumpcession." Para ahli strategi di Wall Street, termasuk JPMorgan Chase & Co dan RBC Capital Markets, meredam prediksi bullish mereka untuk pasar saham pada tahun 2025 karena adanya tarif Trump dan pertumbuhan ekonomi melambat.
Para ekonom di Yale's Budget Lab mengatakan, tarif Trump dan pembalasan dari negara lain akan memangkas 0,4% dari PDB jangka panjang – "setara dengan ekonomi AS yang secara permanen lebih kecil sebesar US$80-US$110 miliar per tahun."
(bbn)