Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah tergerus melemah, menjebol level support-nya di tengah tekanan harga surat utang negara yang berlangsung sejak pagi tadi, ketika Kementerian Keuangan RI akhirnya mengumumkan akan menggelar konferensi pers APBNKita pada esok Kamis pagi.
Para investor agaknya memilih sikap wait and see mengantisipasi informasi perkembangan kinerja fiskal Indonesia yang sangat ditunggu itu, pasca sejumlah kebijakan kontroversial diberlakukan oleh pemerintahan baru sejak awal tahun.
Mengacu data realtime Bloomberg, rupiah spot sempat menembus Rp16.460/US$ pada pukul 14:12 WIB, setelah itu bergerak 'membal' lagi di kisaran Rp16.445/US$ pada penutupan pasar hari ini. Level tersebut mencerminkan pelemahan 0,24% dibanding hari sebelumnya.
Sementara di pasar surat utang negara, mayoritas tenor SUN tertekan harganya. Hal itu terindikasi dari kenaikan imbal hasil sebagian besar surat utang. Seperti terlihat dari data OTC Bloomberg, SUN tenor 2Y naik 1 basis poin ke level 6,591%. Lalu tenor 5Y naik 1,5 basis poin ke 6,731%.
Adapun tenor 10Y naik 1,8 basis poin ke level 6,921%. Disusul oleh tenor 8Y yang naik terbanyak 2,3 basis poin ke level 6,882%.
Sedangkan indeks saham masih bertahan di zona hijau. IHSG yang sejak pagi dibuka menguat, sampai jelang sore ini sudah mencatat kenaikan 1,6% di level 6.650.
Tekanan yang dialami oleh rupiah sudah berlangsung sejak pagi di tengah ketidakpastian pasar global terkait kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Mayoritas mata uang Asia berkubang di zona merah sampai sore ini.
Level rupiah telah menembus titik support terdekat di Rp16.450/US$ dan potensial menuju Rp16.500/US$ sebagai level support terkuat.
Tekanan rupiah jelang penutupan pasar terjadi ketika Kementerian Keuangan RI dipastikan akan menggelar konferensi pers APBNKita pada esok Kamis pagi pukul 10.00 WIB.
Dalam undangan yang sampai ke Redaksi Bloomberg Technoz sekira pukul 14.00 WIB, Kementerian Keuangan memastikan akan mengadakan konferensi pers secara resmi pada Kamis esok, untuk membeberkan kinerja fiskal untuk bulan Januari dan Februari 2025, setelah tertunda sekian lama dan menuai keresahan di kalangan pelaku pasar.
Konferensi pers APBNKita biasanya akan menjelaskan secara lengkap perkembangan penerimaan negara, lalu belanja negara serta pembiayaan.
APBNKita edisi Januari akan sangat ditunggu oleh para investor karena akan memberikan gambaran seperti apa kondisi fiskal setelah sejumlah kebijakan kontroversial dilansir oleh Presiden Prabowo.
Mulai dari pemangkasan anggaran hingga lebih dari Rp300 triliun, pembatalan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis, juga pengucuran sejumlah insentif seperti diskon tarif listrik, juga penerapan sistem pelaporan pajak Coretax yang banyak dikeluhkan.
Sempat Dipublikasi
Sebelum undangan konferensi pers APBNKita dibagikan ke awak media, Kementerian Keuangan sejatinya sempat mempublikasikan laporan realisasi APBNKita edisi Januari.
Bloomberg Technoz sempat melihat dokumen tersebut diunggah ke situs resmi Kementerian Keuangan pada Rabu (12/3/2025). Namun, tak berapa lama kemudian dokumen tersebut diturunkan dari situs tersebut.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Deni Surjantoro membenarkan pihaknya telah menarik kembali publikasi realisasi APBN Januari 2025 pada website.
"Iya di takedown dulu [laporan APBN Januari] karena kebetulan konpres (konferensi pers) APBNKita dimajukan besok (13/3/2025) jam 10 pagi, sehingga maksudnya agar besok sekalian APBN Kita bisa dijelaskan secara lebih komprehensif," kata Deni, pada Rabu siang.
Penundaan dalam pelaporan data anggaran bulanan Indonesia membuat para investor bertanya-tanya mengenai kondisi keuangan pemerintah setelah Presiden Prabowo Subianto memerintahkan perombakan atas rencana pengeluaran dan pendapatan untuk mendorong pertumbuhan.
(rui/aji)