Andre mengatakan hal-hal ini menunjukkan masyarakat hanya melakukan belanja secara selektif yang berhubungan dengan persiapan menghadapi Ramadan, dan antisipasi mudik dan libur Idulfitri pada 2025.
Di sisi lain, terjadi normalisasi pada kelompok belanja leisures, terutama pada terkait olahraga, hobi, dan hiburan (entertainment) masih berlanjut. Hal ini kemungkinan mengindikasikan tren belanja yang makin bergeser ke kebutuhan yang lebih primer.
"Dari indikasi awal sampai dengan akhir Februari, masyarakat terlihat lebih selektif atau defensif dalam belanja menjelang Ramadan 2025," ujarnya.
Tabungan Tipis
Andre juga mengatakan tingkat tabungan kelompok bawah dalam tren melemah dan merupakan yang terendah pada Februari 2025. Hal ini juga dialami oleh tingkat tabungan kelompok menengah menjelang ramadan 2025. Kendati demikian, Andre belum membagikan data mengenai data tabungan tersebut.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai daya beli yang rendah mulai berdampak terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) yang hanya tumbuh sebesar 4,48% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Desember 2024.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan angka ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan 3,73% (yoy) pada Desember 2023.
Namun, pertumbuhan DPK tersebut berada di bawah ekspektasi sebesar 6% dan di bawah realisasi pertengahan tahun lalu yang sempat mencapai 9%.
"Memang kita lihat ini [daya beli] mulai berpengaruh ke pertumbuhan DPK, pertengahan tahun lalu pertumbuhan DPK sempat kencang 9%, turun pelan-pelan ke 8% dan 7%, kita prediksi tadinya turun hanya akan ke normal 6%. Namun data Desember lebih buruk dari dugaan kita," ujar Purbaya dalam konferensi pers, Kamis (23/1/2025).
Sekadar catatan, DPK merupakan dana yang diperoleh dari masyarakat berupa tabungan, giro dan deposito. Daya beli rendah menyebabkan masyarakat berpotensi menggunakan tabungan untuk kebutuhan harian atau acapkali disebut makan tabungan (mantab).
(ain)