"Menurut saya, dalam enam bulan terakhir ini orang-orang benar-benar muak. Jadi kami melihat lonjakan pemesanan konsultasi. Sekarang klien kami dari China ingin segera meninggalkan negaranya," kata Feruza Djamalova, seorang pengacara senior di Sobirovs.
Menurut survei Hurun Report Research Institute belum lama ini, sekitar 32 persen dari 750 orang kaya China, yakni dengan aset rata-rata US$5,8 juta per keluarga, mengatakan mereka mempertimbangkan untuk meninggalkan negaranya tahun ini.
Angka tersebut naik dari hanya 14 persen pada tahun lalu. Lebih lanjut, ada 6 persen responden mengatakan mereka telah mengajukan permohonan visa asing.
Selain mengancam pasar keuangannya lewat keluarnya arus modal, fenomena tersebut juga memunculkan masalah baru, yakni brain drain. Perginya orang-orang pintar dan terdidik demi mencari upah atau kondisi kerja yang lebih baik sehingga China kehilangan orang-orang atau "otak" terampil.
(bbn)