Departemen Perdagangan AS memaparkan, angka penjualan ritel naik 0,4% pada April setelah terjadi penurunan 0,7% pada Maret. Kinerja ekspansif juga tercermin dari data aktivitas industri, dan produksi manufaktur yang bertumbuh.
Aktivitas industri AS naik 0,5% dari bulan sebelumnya pada April, melampaui ekspektasi pasar yang sebelumnya tercatat stagnan.
Produksi manufaktur AS juga melesat 1% pada April, membaik dari kinerja bulan sebelumnya yang tercatat terkontraksi 0,8% serta lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang hanya mengalami kenaikan 0,1%.
Aktivitas konsumen dan industri Tiongkok tumbuh lebih lambat dari yang diproyeksikan sebelumnya pada April.
Biro Statistik Nasional Tiongkok menuturkan, produksi industri hanya tercatat naik 5,6% dari tahun sebelumnya. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi kenaikan sebesar 10,9% namun lebih cepat dari pertumbuhan 3,9% pada Maret. Ini adalah pertumbuhan positif selama dua belas bulan beruntun dan merupakan laju kenaikan tercepat sejak September 2022.
Penjualan ritel Tiongkok lompat hingga 18,4% pada April, lebih rendah dari ekspektasi pasar yang dapat naik 21%. Ini adalah pertumbuhan selama tiga bulan beruntun, dan merupakan laju tercepat sejak Maret 2021.
Investasi pada aset tidak bergerak atau Fixed-Asset Investment tumbuh 4,7% pada empat bulan pertama sepanjang 2023, lebih rendah dari estimasi pertumbuhan 5,5% dan tercatat melambat dari pertumbuhan 5,1% pada tiga bulan pertama sepanjang 2023.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data ekonomi Tiongkok yang keluar lebih rendah dari ekspektasi memberi sentimen negatif di pasar Valuta Asing (Valas) Asia dengan mayoritas mata uang di Asia melemah terhadap USD, khususnya mata uang negara Asia yang mempunyai eksposur besar terhadap ekonomi Tiongkok.
“Ditambah lagi, komentar tegas (Hawkish) para pejabat tinggi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga menimbulkan ketidakpastian mengenai arah pergerakan suku bunga acuan. Empat Presiden Federal Reserve Bank memperingatkan suku bunga masih akan tetap tinggi untuk waktu yang lama, dan bahkan berpeluang terus naik jika ternyata inflasi sulit turun,” jelasnya.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup terkoreksi ke 6.677 dan masih didominasi oleh munculnya tekanan jual. Dapat diwaspadai area support terdekatnya di 6.657, apabila menembus area tersebut maka pergerakan IHSG masih akan terkoreksi.
“Namun, pada skenario terbaiknya, selama masih mampu bertahan di atas 6.657, maka terdapat peluang IHSG menguat untuk uji rentang 6.751 - 6.820 terlebih dahulu,” dikutip dari riset yang diterbitkan oleh Herditya pada Rabu (17/5/2023).
Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, BBCA, ERAA, SRTG, dan TINS.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan kemarin IHSG ditutup melemah. Dengan investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp633 miliar di reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak sideways cenderung melemah pada hari ini, dengan resistance 6.700 - 6.723, dan support 6.650 - 6.630 Dengan saham rekomendasinya ialah MDKA, TLKM, BBCA, ITMG, CTRA, dan BSDE.
(fad/dhf)