Logo Bloomberg Technoz

Laba 2 Emiten Consumer Naik Saat Ekonomi RI Sedang Lesu

Recha Tiara Dermawan
07 March 2025 13:10

Penjualan beras di supermarket. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Penjualan beras di supermarket. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Dua emiten consumer, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), mencatat pertumbuhan laba bersih sepanjang tahun 2024, meskipun kondisi ekonomi menantang. Kedua perusahaan masih mampu membukukan peningkatan penjualan pada saat ekonomi Indonesia sedang lesu. 

ROTI membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 3,9 triliun, yang berasal dari kontribusi seluruh unit bisnisnya, yaitu Sari Roti, Sari Kue, Sari Choco, dan Indosari Food Solutions. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 363 miliar, tumbuh 8,8% secara tahunan (year on year/yoy). EBITDA perusahaan naik menjadi Rp 721 miliar dengan margin 18,3%.

Corporate Secretary ROTI, Sri Mulyana, menyampaikan bahwa tahun 2024 menjadi tonggak penting bagi perusahaan, yang telah berkembang dari produsen roti massal menjadi penyedia berbagai produk makanan, termasuk kue dan produk berbasis cokelat. ROTI juga memperluas usahanya ke segmen Horeca (hotel, restoran, dan kafe) melalui kanal distribusi Business to Business (B2B) Indosari Food Solutions. Untuk menyesuaikan dengan daya beli konsumen, perusahaan meluncurkan inovasi produk dengan formulasi lower-cost serta berbagai varian baru seperti Sari Roti Choco Blast, seri Zupper Creamy, dan seri Soft Cake.

Sementara itu, SIDO mencatatkan laba bersih Rp 1,17 triliun pada tahun 2024, meningkat 23,18% yoy dari Rp 950,64 miliar pada 2023. Laba per saham dasar naik menjadi Rp 39,03 per saham dari sebelumnya Rp 31,69 per saham.

Pendapatan SIDO mencapai Rp 3,91 triliun, naik 9,9% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 3,56 triliun. Beban pokok penjualan meningkat menjadi Rp 1,61 triliun, menghasilkan laba bruto Rp 2,3 triliun, naik dari Rp 2 triliun di tahun sebelumnya. Segmen jamu herbal dan suplemen mencatatkan penjualan Rp 2,48 triliun, sementara segmen makanan dan minuman meningkat menjadi Rp 1,3 triliun. Segmen farmasi juga mengalami kenaikan menjadi Rp 127,45 miliar.