Logo Bloomberg Technoz

Goldman Sachs: Risiko APBN Bisa Bebani Pasar Obligasi

Redaksi
07 March 2025 10:45

Goldman Sachs. (Bloomberg)
Goldman Sachs. (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank investasi dan jasa keuangan global yang berpusat di New York, Amerika Serikat (AS) Goldman Sachs memperkirakan pergerakan kurva imbal hasil surat berharga negara yang diterbitkan Pemerintah RI, akan membentuk pola bear-steepen, sejurus dengan peningkatan risiko kenaikan defisit fiskal APBN.

Kurva imbal hasil bear-steepen merupakan istilah pasar obligasi yang menggambarkan pelebaran kurva imbal hasil karena kenaikan yield obligasi tenor lebih panjang yang lebih cepat dibandingkan yield tenor pendek.

Bear-steepen biasanya mencerminkan peningkatan ekspektasi para investor akan terjadinya inflasi atau kenaikan harga secara luas dalam perekonomian. Bear steepener umumnya terjadi ketika investor khawatir terhadap inflasi atau pasar saham yang bearish dalam jangka pendek.

    Rencana realokasi anggaran oleh Presiden Prabowo Subianto, lalu pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara, serta rencana program 3 Juta Rumah, kesemuanya dinilai bisa membuat defisit fiskal semakin lebar, kata analis Goldman Sachs Danny Suwarnapruti, dalam catatannya seperti dilansir dari Bloomberg News, Jumat (7/5/2025).

    Perhitungan Goldman, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini akan menyentuh 2,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB), mendekati batas atas yang diperbolehkan oleh Undang-Undang yaitu 3% PDB.