Logo Bloomberg Technoz

RI Mau Bangun Storage Minyak Pakai Danantara, Begini Risikonya

Mis Fransiska Dewi
06 March 2025 13:50

Depo penyimpanan minyak Pertamina di Tanjung Priok, Jakarta Utara./Bloomberg-Dimas Ardian
Depo penyimpanan minyak Pertamina di Tanjung Priok, Jakarta Utara./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta – Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menyoroti tingginya risiko yang diambil pemerintah untuk membiayai pembangunan penyimpanan minyak atau storage dengan menggandeng Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Moshe mengungkapkan risiko yang mengintai dari proyek jumbo pembangunan storage minyak tersebut yakni nilai keekonomian proyek yang tidak terlalu besar karena butuh waktu hingga 15 tahun untuk balik modal. Kemudian, proyek yang dikerjakan amat kompleks karena adanya kelebihan biaya atau cost overrun.  

“Jadi tiba-tiba dalam perencanaannya dan eksekusinya ternyata lebih mahal dari yang dibagi. Itu sering terjadi,” kata Moshe saat dihubungi, Kamis (6/3/2025).

Tangki penyimpanan bahan bakar di fasilitas PT Pertamina di Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta./Bloomberg-Dimas Ardian

Moshe menjelaskan dalam pelaksanaan proyek pembangunan storage maupun kilang minyak, di tengah jalan acap kali ada permintaan tambahan bahkan kondisinya bisa membeludak. Menurutnya, dalam perencanaan proyek tersebut terkadang tidak sesuai 100% dengan rencana anggaran biaya.

“Proyeknya yang mau dibangun ya makin berisiko untuk cost overrun atau delay, misalkan banyak komponen kan, kalau delay itu kan ujung-ujungnya biayanya jadi tambah juga karena enggak sesuai dengan schedule yang diharapkan. Itu kan jadi biaya membengkak juga. Jadi ya hal-hal kayak gitu sering terjadi,” jelasnya.