"Jadi kami sebenarnya tidak menyentuh biaya yang dikeluarkan oleh Airlines," ujar Dudy.
Masalah Global
Meski demikian, Dudy mengamini jika maskapai saat ini memang tengah dihadapi oleh kondisi global yang membuat produksi pesawat menurun akibat keterbatasan produsen.
Saat ini, produsen pesawat global hanya ada dua perusahaan, yakni Boieng dan Airbus. Ditambah lagi, para produsen tersebut juga terkena sejumlah masalah dengan aturan yang ketat.
"Masing-masing produser itu punya masalah sekarang seperti Boeing mereka ada masalah dengan [jenis pesawat] MAX-nya, dan juga begitu ketatnya FAA yang saat ini menyoroti. Jadi jumlah pesawat pun terbatas secara global," kata Dudy.
Kondisi itu, kata Dudy, juga menjadisalah satu penyebab berkurangnya operasional maskapai di Indonesia hingga mencapai 50% setelag badai pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.
"Kondisi secara global itu membuat kita menjadi tidak gampang juga untuk mendapatkan pesawat. Nah, kedepannya memang yang bisa kami lakukan adalah bagaimana supaya biaya dari operasi dari Airlines ini menjadi lebih efisien atau reasonable."
Diskon Pemerintah
Pemerintah saat ini memastikan kembali menerapkan diskon melalui insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) untuk harga tiket pesawat sebesar 6%.
Melalui insentif ini, harga tiket pesawat diproyeksikan turun 13,2% hingga 14% yang berlaku pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) 25 Maret sampai dengan 7 April 2025.
"Program tersebut bertujuan untuk mendukung pergerakan sekitar 180 juta orang, termasuk 110 juta wisatawan selama periode Lebaran," kata Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto dalam keterangannya, belum lama ini.
(ain)