Logo Bloomberg Technoz

Smelter Nikel RI Dinilai Tak Sehat, Rawan Krisis Seperti di China

Redaksi
06 March 2025 09:40

Penyadapan tungku feronikel di smelter nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Penyadapan tungku feronikel di smelter nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta – Industri smelter nikel pirometalurgi—atau yang berbasis teknologi rotary kiln-electric furnace (RKEF) — di Indonesia dinilai sudah tidak sehat, bahkan rentan berujung pada krisis seperti yang dialami industri smelter tembaga di China.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep) Bisman Bakhtiar menjelaskan persaingan bisnis smelter RKEF di dalam negeri sudah sangat jenuh, lantaran saat periode awal booming komoditas nikel, pembangunan smelter pirometalurgi dilakukan secara jorjoran.

“Saat itu pemerintah tidak membuat perencanaan yang baik dan kebijakan yang ketat. Walhasil, saat ini harga nikel menurun dan smelter yang terbangun telanjur sudah banyak, sehingga menjadi tidak sehat dalam konteks ekosistem industri nikel,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (6/3/2025).

Realisasi Investasi Smelter 2014—2024 (Bloomberg Technoz)

Bisman menilai pemerintah perlu secara tegas melakukan moratorium proyek smelter nikel pirometalurgi atau setidaknya selektif dalam menerbitkan izin smelter.

Dalam hal ini, dia berpendapat hanya proyek smelter yang benar-benar memiliki skala keekonomian dan teknologi terbaik yang sebaiknya diizinkan untuk berlanjut.