Logo Bloomberg Technoz

Trump juga menyuruh para pemimpin Hamas untuk meninggalkan Gaza "selagi masih ada kesempatan."

"Buatlah keputusan yang CERDAS. BEBASKAN PARA SANDERA SEKARANG, ATAU AKAN ADA HARGA YANG HARUS DIBAYAR NANTI!" tulis Trump.

Militan Hamas berjaga selama pembebasan sandera Israel di kamp Jabalia, Gaza utara, Kamis (30/1/2025). (Ahmad Salem/Bloomberg)

Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, mengatakan kepada Bloomberg News bahwa ancaman Trump hanya untuk membantu Israel menghindari kewajibannya berdasarkan perjanjian gencatan senjata Gaza yang ditengahi oleh AS, Qatar, dan Mesir.

"Hamas telah memenuhi kewajiban pada tahap pertama, sedangkan pemerintah Netanyahu menghindari perundingan untuk [gencatan senjata] tahap kedua," bebernya. "Pemerintah AS harus menekan penjajah untuk melanjutkan tahap kedua seperti yang telah ditetapkan dalam perjanjian."

Ultimatum  Trump muncul setelah Adam Boehler, yang dicalonkan sebagai utusan khusus presiden untuk urusan penyanderaan di Departemen Luar Negeri AS, bertemu dengan perwakilan Hamas di Doha, menurut narasumber yang mengetahui situasi tersebut.

"Terkait negosiasi yang Anda maksud, pertama-tama, utusan khusus yang terlibat dalam negosiasi tersebut memang memiliki wewenang untuk berbicara dengan siapa pun," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt kepada wartawan pada Rabu, saat ditanya tentang pembicaraan yang dilaporkan. "Israel telah dimintai pendapat mengenai masalah ini."

Pertemuan tersebut, yang dilaporkan sebelumnya oleh Axios, terjadi saat Israel dan Hamas mempertimbangkan perpanjangan gencatan senjata selama enam minggu, yang berakhir pada Minggu. Israel telah memperingatkan akan kembali berperang jika Hamas tidak membebaskan sandera yang tersisa, yang ditahan sejak 7 Oktober 2023.

(bbn)

No more pages