“Untuk memastikan transparansi, Danantara akan memiliki dewan direksi yang independen, audit internal, dan komite investasi yang profesional,” lanjut laporan UBS.
Dari sisi pendanaan, modal awal bagi Danantara sebesar US$ 20 miliar akan disuntikkan dalam 12 bulan mendatang yang berasal dari dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kelebihan anggaran negara, serta realokasi fiskal.
Dalam waktu dekat, fokus Danantara masih membentuk tim. Meski begitu, sudah ada sebanyak proyek bernilai total US$ 65 miliar yang masuk pipeline. Pengelolaan seluruh BUMN di bawah Danantara akan rampung pada akhir Maret mendatang.
Danantara akan mencari keseimbangan dan tidak malah menciptakan efek crowding out. Investasi Danantara bisa di sektor publik maupun swasta.
Beberapa fokus investasi Danantara antara lain adalah:
-
Hilirisasi industri.
-
Energi terbarukan.
-
Infrastruktur digital.
-
Ketahanan energi.
Minat Investor
“Investor swasta antusias terhadap Danantara dan mengapresiasi pendekatan korporat dan profesional di dalamnya. Investor yang sudah berpengalaman di Indonesia pun tetap optimistis dan secara aktif mencari peluang investasi di bidang infrastruktur, energi terbarukan, dan pusat data (data center),” sebut laporan UBS.
Meski begitu ada beberapa hal yang masih menjadi perhatian pelaku pasar. Pertama adalah ketidakpastian sumber informasi, karena narasi yang berseberangan di berbagai media. Kedua adalah kekhawatiran bahwa ada risiko pengaruh politik seperti persetujuan DPR dalam aksi korporasi.
Ketiga adalah arah kebijakan dividen Danantara, di mana investor berharap ada reinvestasi yang menciptakan nilai tambah. Keempat adalah tujuan Danantara dalam jangka pendek dan jangka menengah serta bagaimana cara mewujudkannya. Kelima adalah kejelasan seputar frekuensi, transparansi, dan dampak ekonomi Danantara.
“Investor menyadari bahwa ada risiko global dan domestik yang mempengaruhi outlook investasi. Ada risiko pelemahan di pasar, penurunan laba korporasi, dan volatilitas nilai tukar. Dengan kebijakan pemerintah yang kadang berubah–ubah, investor kesulitan untuk mencari kejelasan,” jelas riset UBS.
(red)





























