Bloomberg News
Bloomberg, China menetapkan target pertumbuhan ekonominya sekitar 5% untuk tahun 2025, berdasarkan salinan laporan kerja tahunan pemerintah yang dilihat Bloomberg News. Hal ini meningkatkan ekspektasi bagi para pejabat untuk mengeluarkan lebih banyak stimulus saat mereka bergulat dengan perang dagang AS.
Perdana Menteri (PM) Li Qiang diperkirakan akan mengumumkan target tersebut secara resmi pada Rabu (5/3/2025) pagi saat ia menyampaikan laporannya kepada parlemen nasional di Beijing. Ini menandai tahun ketiga berturut-turut China mempertahankan target tersebut, tetapi mengulanginya lagi akan sulit.
China juga menetapkan target defisit fiskal tahun ini sekitar 4% dari produk domestik bruto (PDB) — level tertinggi dalam lebih dari tiga dekade terakhir. Target PDB dan defisit anggaran secara umum sejalan dengan ekspektasi para ekonom menjelang pertemuan tersebut.
"Ini adalah target pertumbuhan yang ambisius, dan berarti pihak berwenang masih perlu mendukung pertumbuhan," kata Raymond Yeung, Kepala Ekonom untuk China Raya di Australia & New Zealand Banking Group. "Angka ini mencerminkan tekad otoritas untuk mendukung pertumbuhan di tengah ketidakpastian eksternal dan ketegangan perdagangan dengan AS."

Pertemuan Kongres Rakyat Nasional (NPC) diadakan satu hari setelah Trump menerapkan tarif 10% lagi pada China, mengancam melumpuhkan mesin ekspor yang tahun lalu menyumbang hampir sepertiga ekspansi ekonomi.
Menambah masalah Beijing, Negeri Tirai Bambu ini sedang berada di jalur yang tepat untuk mencatatkan rekor deflasi terpanjang sejak 1960-an, sedangkan jatuhnya harga properti belum mencapai titik terendah.
Target bullish Presiden Xi Jinping mungkin mengharuskan para pembantunya mengeluarkan stimulus yang lebih agresif, seperti yang dijanjikan pada Desember. Para ekonom sudah menyarankan agar stimulus itu mencakup belanja publik yang lebih besar yang diarahkan, setidaknya sebagian, untuk meningkatkan belanja konsumen yang lemah.

Target pertumbuhan dan anggaran berarti "pemerintah bersedia mendukung perekonomian," kata Vey-Sern Ling, direktur pelaksana di Union Bancaire Privee. "Hal ini seharusnya meyakinkan pasar."
Mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang cepat begitu penting bagi stabilitas sosial. Menurut estimasi Zhu Baoliang, mantan kepala ekonom di lembaga think-tank Pusat Informasi Negara, setiap satu persen ekspansi PDB bisa menghasilkan sekitar 2,5 juta lapangan kerja baru, sehingga pertumbuhan sekitar 5% menjadi keharusan untuk menjaga lapangan kerja tetap stabil.
Pemerintah memperkirakan lebih dari 12 juta lulusan akan memasuki pasar kerja pada tahun 2025, sedikit lebih tinggi dari tahun lalu.
China perlu mencapai tingkat pertumbuhan sekitar 5% demi memenuhi janji Xi untuk mengubahnya menjadi "negara berkembang menengah" pada tahun 2035, yang menurut para ekonom berarti menggandakan pertumbuhan ekonomi dari level tahun 2020.
Ada tanda-tanda terbaru yang menunjukkan prospek ekonomi membaik. Terobosan DeepSeek baru-baru ini dalam kecerdasan buatan (AI) meningkatkan sentimen pasar, seperti halnya pertemuan langka antara Xi dan para tokoh teknologi lokal.
Namun, pertanyaannya sekarang ialah berapa lama momentum ini akan bertahan dalam menghadapi pengumuman tarif Trump yang tidak dapat diprediksi dan persaingan yang semakin ketat antara China dan AS untuk mendapat supremasi teknologi.
Survei Bloomberg terhadap 77 analis memperkirakan ekonomi China hanya akan tumbuh 4,5% pada 2025, yang mencerminkan tantangan untuk mencapai target resmi tahun ini.
Dalam pengakuan diam-diam atas tekanan deflasi, pemerintah menurunkan target resmi untuk kenaikan harga konsumen menjadi sekitar 2%, target terendah sejak tahun 2003.
Meski target itu sebagian besar dianggap sebagai batas atas di masa lalu, pemangkasan target menunjukkan para pejabat mengakui pertumbuhan harga yang lebih cepat akan menjadi tantangan setelah inflasi konsumen hanya mencapai 0,2% selama dua tahun terakhir.
Semakin banyak ekonom yang menyerukan agar pemerintah menjadikan target tersebut yang mengikat bagi kebijakan.

Laporan Li yang disampaikan kepada ribuan delegasi di Great Hall of the People juga akan memberikan petunjuk tentang rencana spesifik pihak berwenang untuk stimulus fiskal dan moneter, yang bisa memengaruhi harga-harga komoditas global dan inflasi.
"Ini positif dan penting sebagai faktor penstabil pertumbuhan," kata Wee Khoon Chong, ahli strategi pasar senior Asia Pasifik di Bank of New York Mellon Corp, mengenai target China. "Yang dibutuhkan saat ini adalah implementasi efektif dari semua langkah yang telah diumumkan. Kami berharap pelonggaran kredit dan moneter lebih lanjut akan melengkapi strategi fiskal China."
(bbn)