Logo Bloomberg Technoz

Berdasarkan data BI, para pemodal asing masih mencetak beli bersih senilai hampir Rp80 triliun, terdiri atas beli bersih sebesar Rp64,59 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan sebesar Rp15,29 triliun di pasar saham, berdasarkan data setelmen hingga 11 Mei lalu. Pada perdagangan kemarin, investor asing menambah kepemilikan di SBN sebesar Rp570 miliar.

Data China Mengecewakan

Tekanan yang dihadapi oleh rupiah tersebut terjadi di tengah tekanan beragam yang dihadapi oleh mata uang emerging market. Baht Thailand juga menghadapi tekanan serupa setelah sempat reli kemarin. 

Peso Filipina dan ringgit Malaysia juga melemah disusul yen China. Pelemahan mata uang negara-negara Asia Tenggara itu terjadi di kala indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan the greenback di hadapan enam mata uang utama dunia, terpantau melemah ke level 102,41.

Pasca pembukaan lagi China akhir 2022 lalu, harapan pasar begitu besar bahwa bangunnya lagi raksasa Asia itu bisa mendongkrak laju ekonomi dunia yang dihinggapi kesuraman perlambatan. 

Layar menampilkan Bursa Efek Shenzhen dan angka Indeks Hang Seng di Shanghai, China. (Qilai Shen/Bloomberg)

Akan tetapi, sejauh ini kinerja perekonomian China belum mengesankan sebagaimana harapan semula. Laju belanja konsumen dan aktivitas industri Tiongkok berjalan lebih lambat dibandingkan ekspektasi pada April lalu. 

Menebalkan kekhawatiran bahwa pemulihan di negara dengan ukuran ekonomi terbesar kedua di dunia itu sudah kehilagan momentum. Loyonya perekonomian China menjadi sentimen negatif bagi valuta di pasar negara berkembang. 

Sinyal Bunga Acuan

Mata uang rupiah tengah menunggu sinyal lanjutan bunga acuan Bank Indonesia. Para pelaku pasar di Asia kini berupaya mengukur kapan gelombang pengguntingan bunga acuan di kawasan akan dimulai. Ketika itu terjadi, reli harga obligasi akan semakin kencang. 

Khusus kasus Indonesia, para pelaku pasar obligasi terlihat semakin menaikkan ekspektasi pengguntingan bunga acuan BI7DRR oleh BI. Hal itu tercermin dari pergerakan yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN/INDOGB) beberapa hari belakangan. 

Dari pemantauan Bloomberg, selisih antara tingkat imbal hasil/yield SUN-2 tahun terhadap bunga acuan semakin menyempit menjadi kurang dari 30 bps. Hal itu menunjukkan adanya ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan moneter.

Pergerakan yield INDOGB/SUN 2 tahun mengindikasikan sinyal pemangkasan bunga acuan (Bloomberg)

Pada 2019 lalu, selisih yield turun di bawah level tersebut pada 16 Juli sebelum Bank Indonesia memulai siklus pelonggaran moneter dengan memangkas bunga acuan di bulan yang sama.

Ekonom Bloomberg Economics Tamara Henderson menyebut Indonesia sebagai satu dari dua negara di kawasan Asia Tenggara yang diperkirakan akan memangkas bunga acuan tahun ini.

“Inflasi Indonesia terkendali dan nilai tukar rupiah sejauh ini terbukti tangguh menghadapi tekanan jual dari volatilitas pasar tahun ini,” jelasnya.

(rui)

No more pages