Korsel rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global karena sangat bergantung pada impor minyak dan makanan.
Perlambatan ekonomi di China tahun lalu misalnya, sangat merugikan ekspor Korsel tahun lalu. Pembuat kebijakan juga khawatir tentang dampak potensial dari peningkatan pembatasan AS terhadap China atas ekspor semikonduktor, mengingat Korsel memiliki fasilitas pembuatan chip yang besar di China.
"Ekspor dan dampaknya terhadap pertumbuhan Korsel menjadi perhatian utama para pembuat kebijakan," kata Duncan Wrigley, ekonom di Pantheon Macroeconomics.
"Ekspor Korsel kemungkinan akan tetap turun mengingat prospek ekonomi yang buruk di pasar utamanya,” lanjutnya
Konsumsi melemah
Sementara perdagangan menurun, konsumsi yang menjadi pendorong utama pertumbuhan Korsel pun melemah, utamanya setelah tragedi di Seoul pada Oktober tahun lalu yang menewaskan lebih dari 150 orang di Itaewon.
Untuk tahun ini, perkiraan BOK ekonomi Korea tumbuh sedikit di bawah 1,7% dengan inflasi sekitar 3,6%.
Saat prospek semakin gelap, BOK pun mengurangi siklus pengetatannya sebab suku bunga yang tinggi telah menekan pasar kredit Korsel dan tingkat gagal bayar yang membuyat pengembang lokal Legoland Korea default yang membuat pasar obligasi korporasi jatuh tahun lalu. Sentimen yang memburuk di pasar properti ini menjadi perhatian.
“Yang dibutuhkan Korsel pada akhirnya adalah peningkatan permintaan eksternal dari China untuk menguntungkan ekspor barang Korsel,” ujar ekonom Bank of America Kathleen Oh dan Ting Him Ho.
(bbn)