Bila dikaitkan dengan UN versi baru ini terhadap dampak keberlanjutan jenjang kuliah ke luar negeri, menurut Mu'ti hal ini konsekuensi yang diambil siswa tersebut.
"Itu konsekuensinya kalau dia tidak ikut," kata Mu'ti.
"Tapi kalau dia tidak ikut, otomatis tidak mempunyai nilai individual sehingga tadi saya sampaikan tidak menjadi penentu kelulusan, tapi menjadi penentu untuk dia bisa melanjutkan ke jenjang yang di atasnya. Sehingga karena itu kami menyelenggarakan tes kemampuan akademik ini."
Mu'ti menjelaskan alasan TKA tak wajib diikuti oleh para siswa. Karena banyak yang menganggap ujian membuat peserta didik mendapati tekanan.
"Dan kenapa tidak wajib? Karena banyak masyarakat yang menganggap tes ini membuat stres. Yang kira-kira dia stres, ya nggak usah ikut. Yang siap, ya tidak ikut. Kalau dulu di wajib buat dia stres, karena wajib. Ini karena tidak wajib, ya sudah," ujarnya.
"Kalau kira-kira dia stres, ya jangan ikut. Tapi kalau memang dia siap mental dan ingin untuk misalnya melanjutkan ke jenjang di atasnya dan bisa punya peluang untuk belajar yang lebih tinggi lagi, ya ikut," imbuhnya.
(dec/spt)