“Konsumen dan bisnis Singapura akan memiliki lebih banyak pilihan untuk ayam, yang semakin memperkuat ketahanan pasokan ayam kita,” kata Koh.
Mengutip media Singapura The Straits Times, ini adalah pertama kalinya ayam hidup dikirim ke Singapura dari Indonesia. Sebelumnya, Singapura hanya mengimpor ayam hidup dari Malaysia. Namun, Oktober 2022 Malaysia menghentikan ekspor ayam ke Singapura untuk mengatasi lonjakan harga dan kekurangan unggas.
Ekspor Kecil
Menilik laporan keuangan kuartal I-2023 masing-masing perusahaan, porsi penjualan ekspor ketiganya memang tergolong kecil. JPFA misalnya.
Pada periode tersebut, perusahaan mencatat pendapatan konsolidasi Rp11,76 triliun yang berasal dari segmen peternakan komersial sebesar Rp4,46 triliun, pakan ternak Rp3,54 triliun, hingga pembibitan unggas yang menyumbang pendapatan Rp526,27 miliar.
Dari penjualan konsolidasi tersebut, hanya sebesar Rp200,84 miliar atau setara sekitar 4,48% dari penjualan konsolidasi.
CPIN memiliki struktur keuangan yang sama, dengan porsi ekspor yang lebih kecil. Dari total pendapatan konsolidasi Rp14,56 triliun, hanya sebesar Rp17,59 miliar atau setara 0,1% dari total penjualan.
Adapun kontribusi segmen bisnis terhadap penjualan CPIN adalah, ayam pedaging menyumbang Rp7,61 triliun, pakan berkontribusi Rp4,07 triliun, ayam olahan Rp2,11 triliun, ayam usia sehari atau day old chicken (DOC) Rp294,91 miliar dan lain-lain Rp470,89 miliar.
MAIN mencatat penjualan konsolidasi Rp2,68 triliun, yang berasal dari segmen pakan Rp1,78 triliun, ayam pedaging Rp453,41 miliar, DOC Rp316,7 miliar, makanan olahan Rp29,44 miliar dan lain-lain Rp93,94 miliar.
Tidak tercatat segmen penjualan geografis dalam laporan keuangan MAIN.
(dhf/roy)
