Zarif ditunjuk tahun lalu sebagai wakil presiden untuk urusan strategis dalam pemerintahan Pezeshkian. Meskipun sejalan dengan kaum reformis dan moderat, Pezeshkian telah memprioritaskan keterlibatan dengan kaum konservatif dan mencari konsesi untuk menghidupkan kembali pembicaraan nuklir dengan AS.
Sebagai mantan menteri luar negeri, Zarif berperan penting dalam kesepakatan nuklir penting yang memberikan keringanan sanksi kepada Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Kesepakatan tersebut ditinggalkan pada tahun 2018 oleh Presiden AS Donald Trump pada masa jabatan pertamanya, dan negosiasi berikutnya akhirnya gagal.
Penjangkauan diplomatik Zarif ke Barat telah lama membuatnya menjadi target kelompok garis keras di Iran. Penunjukannya sebagai wakil presiden hanya memicu pengawasan lebih lanjut.
Zarif memiliki sejarah menawarkan diri untuk mengundurkan diri, dan telah melakukannya beberapa kali sebagai menteri luar negeri. Baru-baru ini, ia mengajukan pengunduran diri hanya beberapa hari setelah Pezeshkian menunjuknya pada bulan Agustus, tetapi presiden menolaknya.
(bbn)