Bloomberg Technoz, Jakarta - Angin segar masih sejuk dirasakan oleh para pelaku pasar obligasi di Indonesia. Bukan hanya pasar surat utang negara yang masih mencatat animo tinggi seperti terlihat dari tingginya minat investor dalam lelang-lelang SUN atau sukuk yang digelar, obligasi korporasi terutama global bond juga sejauh ini tercatat sebagai obligasi dolar AS dengan kinerja terbaik dibandingkan obligasi sejenis di kawasan Asia Tenggara bahkan dibanding pasar emerging market Asia.
Obligasi dolar AS terbitan korporasi Indonesia mencetak reli kenaikan harga tertinggi dibandingkan obligasi sejenis di kawasan sepanjang bulan ini menyusul capaian kinerja perusahaan yang mengkilap. Itu menaikkan optimisme terkait prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, negara dengan ukuran ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Obligasi dolar AS korporasi tanah air mencatat keuntungan 0,56% month-to-date berdasarkan Indeks Bloomberg, dibandingkan kinerja datar global bond dari korporasi negara-negara tetangga, terlebih bila dibandingkan kinerja obligasi emerging market Asia yang justru tercatat turun 0,1%.

Para pemodal di pasar juga meminta tingkat imbal hasil alias yield yang lebih rendah di pasar surat utang negara dengan selisih yield mencapai 3 bps bulan ini.
Beberapa perusahaan yang tercatat di indeks MSCI Indonesia melaporkan capaian pendapatan bersih dengan pertumbuhan rata-rata 8,5% pada kuartal 1-2023, sementara indeks MSCI Malaysia, Thailand dan Filipina justru tercatat negatif.
Andre Benas, Head of Research BCA Sekuritas, seperti dilansir oleh Bloomberg news, menyatakan, capaian laba korporasi akan terjaga pada kuartal-kuartal selanjutnya. Di mana perusahaan ritel dan barang konsumsi masih akan diuntungkan dari kenaikan mobilitas masyarakat pasca pandemi, yang menaikkan permintaan perjalanan dan belanja hiburan di Tanah Air.
Berdasarkan data BCA Sekuritas, belanja Lebaran 2023 tercatat lebih tinggi bila dibandingkan level pra-pandemi.
Sementara itu, perbankan sejauh ini masih mencatat pertumbuhan kredit menyusul arus investasi di sektor batubara, nikel dan energi terbarukan yang terus berlanjut.
BCA Sekuritas juga melihat kenaikan minat dari para investor ritel ke pasar surat utang terdorong kebutuhan mencari tingkat kupon yang lebih tinggi dibandingkan imbal hasil dari investasi saham yang sejauh ini masih kurang memuaskan.
Berikut ini daftar obligasi korporasi dengan kinerja terbaik dan terburuk:

Risiko Koreksi
Pada perdagangan kemarin malam, pasar obligasi global sejatinya mencatat tekanan aksi jual terutama untuk instrumen obligasi negara-negara berkembang. Hal itu terlihat dari tertekannya indeks Emerging Market Bond Index (EMBI) obligasi emerging market hingga 0,7%. Itu akhirnya menyeret juga indeks S&P obligasi negara maju dengan koreksi hingga 0,2%.
Di pasar dalam negeri, koreksi tersebut lebih banyak dialami oleh obligasi dolar AS terbitan pemerintah (INDON) dibandingkan obligasi rupiah (INDOGB). Terlihat dari kenaikan imbal hasil obligasi INDON yang terjadi di semua tenor. Analis pun memperingatkan sinyal akan terjadi koreksi harga di pasar obligasi domestik.
"Kami perkirakan yield INDOGB 10-tahun akan tertekan di rentang 6.4-6.5% hari ini," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas dalam catatannya, Selasa (16/5/2023).
Hingga pukul 11:38 WIB, hari ini, yield INDOGB-10 tahun tercatat melandai tipis 5 bps ke 6,428%. Begitu juga yield INDOB-5 tahun yang turun 9 bps ke 6,102%. Hanya INDOGB-2 tahun yang terpantau mengalami kenaikan yield ke level 5,966%.
Sedangkan untuk INDOGB tenor lebih panjang, INDOGB-15 tahun juga tercatat turun 2 bps ke 6,653% mengindikasikan terjadi aksi beli yang menaikkan harga dan menurunkan yield.
-- dengan asistensi Claire Jiao dan Grace Sihombing dari Bloomberg News
(rui)