Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga sejumlah komoditas pangan kembali mengalami kenaikan memasuki awal periode Ramadan yang telah berlangsung sejak Sabtu, 1 Maret 2025 lalu. Harga daging hingga cabai-cabaian naik signifikan.
Menyitir data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) Jumat (28/2/2025), pukul 8.30 WIB, harga rata-rata cabai rawit merah secara mingguan naik 7,82%menjadi Rp85.355/kg.
Kemudian, harga cabai jenis merah besar dan merah keriting juga masing-masing mengalami kenaikan sebesar 1,19% dan 7,89% menjadi Rp53.430 dan Rp53.130/kg.
Harga daging sapi murni juga masih naik 1,28% menjadi Rp137.140/kg. Begitu pun juga daging ayam ras yang turut naik 2,12% menjadi seharga Rp37.510/kg. Telur ayamnya juga naik 0,97% menjadi Rp30.158/kg.
Sementara itu, harga daging kerbau beku impor turun 1,08% menjadi Rp104.900/kg, tetapi daging kerbau segar lokal masih naik 5,81% menjadi Rp146.667/kg.
Harga beras premium juga mengalami kenaikan 0,33% menjadi Rp15.572/kg. Tetapi, harga beras medium masih turun 0,17% menjadi Rp13.631. Harga beras SPHP naik 1,03% menjadi Rp12.7131/kg.
Harga Minyakita tercatat sebesar Rp17.494/liter, atau turun 0,11%. Tetapi masih lebih tinggi 12,29% dari harga eceran tertinggi (HET) yang dipatok oleh pemerintah Rp15.700/liter.
Kemudian, harga minyak goreng curah juga tercatat sebesar Rp17.576/liter atau melampaui hingga 11,64% dari HET yang ditetapkan. Sementara, minyak goreng kemasan seharga Rp20.357/liter, turun 0,47%.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut harga cabai rawit yang mahal saat ini karena faktor musim hujan, yang menyebabkan petani tak bisa memanen.
"Kondisi cabai sekarang ini memang ada kendala karena faktor hujan. Petani kita tidak bisa petik, sehingga pasokan ke pasar tersendat," ujar Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi dalam keterangannya, kemarin.
Di sisi lain, Arief pun memproyeksi kebutuhan konsumsi nasional dalam sebulan untuk cabai rawit akan mengalami peningkatan 13,52% menjadi sekitar 85,2 ribu ton di Ramadan atau Maret 2025.
Sementara itu, Bapanas menyebut saat ini pemerintah turut menggandeng Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) agar menyentuh pasar modern, sehingga masyarakat punya pilihan berbelanja pangan pokok, selain di pasar tradisional.
"Intervensi kita juga lakukan di pasar modern. Tadi disebutkan ada discount up to 30%, bahkan sampai 50% dan difokuskan ke komoditas pangan strategis," jelas Arief.
(lav)