Bloomberg Technoz, Jakarta - International Business Machines Corp (IBM) mengumumkan rencana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 1,5% total karyawan di seluruh dunia. Jumlah ini setara dengan sekitar 3.900 orang.
Demikian diungkapkan oleh Chief Financial Officer IMF James Kavanaugh, seperti dikutip dari Bloomberg News. Kavanaugh mengatakan PHK akan fokus di karyawan yang terdampak spin-off unit usaha Kyndryl dan Watson Health.
PHK akan membuat perusahaan berhemat sekira US$ 300 juta (Rp 4,49 triliun). “Kami akan tetap merekrut karyawan di area dengan pertumbuhan tinggi,” ujar Kavanaugh.
Saat ini jumlah karyawan IBM ada sekitar 260.000 orang, kata Kavanaugh. Jumlah itu 22.000 lebih sedikit ketimbang yang dilaporkan pada Desember 2021.
Kavanaugh menambahkan, arus kas IBM pada tahun fiskal 2023 diperkirakan US$ 10,5 miliar (Rp 157,06 triliun). Sementara pendapatan naik satu digit.
Data Bloomberg menunjukkan para analis berekspektasi arus kas sebesar US$ 9,18 miliar (Rp 137,31 triliun) dengan pertumbuhan penjualan 1,2%.
Pada 2023, lanjut Kavanaugh, IBM akan terbantu dengan tren depresiasi mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan dolar AS membuat harga produk IBM di luar negeri lebih murah, sehingga lebih kompetitif.
Arvind Krishna, CEO IBM, menyebut perseroan akan mengalihkan fokus usaha dari infrastruktur dan layanan teknologi informasi menjadi komputasi awan (cloud computing).
Pendapatan IBM pada kuartal IV-2022 tercatat US$ 16,7 miliar (Rp 249,79 triliun), sedikit lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni US$ 16,4 miliar (Rp 245,31 triliun). Sementara laba per saham ada di US$ 3,6 (Rp 53.848,8), sedikit di atas perkiraan yang sebesar US$ 3,58 (Rp 53.549,64).
(bbn)