Meskipun margin keuntungan yang mencengangkan ini bersifat hipotetis, pengungkapan ini muncul di tengah perdebatan panas mengenai profitabilitas startup AI dan model bisnisnya di kalangan investor teknologi.
Perusahaan seperti OpenAI Inc. hingga Anthropic PBC sedang bereksperimen dengan berbagai model pendapatan, mulai dari berbasis langganan, biaya penggunaan, hingga pengumpulan biaya lisensi, dalam perlombaan membangun produk AI yang semakin canggih. Namun, para investor mempertanyakan model bisnis ini serta pengembalian investasinya, membuka diskusi tentang kemungkinan mencapai profitabilitas dalam waktu dekat.
Startup yang berbasis di Hangzhou ini mengatakan pada hari Sabtu di X bahwa layanan online-nya memiliki "margin keuntungan biaya sebesar 545%" dan memberikan gambaran tentang operasinya, termasuk bagaimana mereka mengoptimalkan daya komputasi dengan menyeimbangkan beban — yaitu mengelola lalu lintas agar pekerjaan terdistribusi secara merata di antara beberapa server dan pusat data. DeepSeek juga menyatakan bahwa mereka berinovasi dalam mengoptimalkan jumlah data yang diproses oleh model AI dalam periode waktu tertentu serta mengelola latensi — waktu tunggu antara pengguna mengajukan pertanyaan dan menerima jawaban.
? Day 6 of #OpenSourceWeek: One More Thing – DeepSeek-V3/R1 Inference System Overview
— DeepSeek (@deepseek_ai) March 1, 2025
Optimized throughput and latency via:
? Cross-node EP-powered batch scaling
? Computation-communication overlap
⚖️ Load balancing
Statistics of DeepSeek's Online Service:
⚡ 73.7k/14.8k…
Dalam serangkaian langkah yang tidak biasa sejak awal minggu ini, startup yang mendukung AI open-source tersebut mengejutkan banyak pihak di industri dengan membagikan beberapa inovasi utama dan data yang mendasari modelnya, berbeda dengan pendekatan kepemilikan yang diadopsi oleh para pesaing terbesarnya di AS, seperti OpenAI.
(bbn)