Pada 2025, perekonomian RI juga diperkirakan masih menghadapi risiko resesi. "Potensi terjadinya resesi dalam 12 bulan ke depan mencapai 5%, berdasarkan 7 responden survei," demikian dilansir dari laporan survei.
Beberapa hal yang mempengaruhi kelesuan pertumbuhan ekonomi domestik, menurut salah satu ekonom yang disurvei adalah karena dampak perang dagang yang dikobarkan oleh Presiden AS Donald Trump. Sementara langkah Pemerintahan Prabowo Subianto menggeber realokasi belanja negara, dinilai menjadi tambahan penghadang pertumbuhan ekonomi domestik.
"Kami memprediksi kebijakan tarif AS sebesar 10% pada China akan berdampak langsung menurunkan 0,2 poin persentase laju PDB Indonesia pada 2025. Itu terutama karena ekspor yang melemah dan arus investasi tetap yang juga turun. Hal itu berarti, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melambat di kisaran 4,9% tahun ini, di bawah target Pemerintah RI sebesar 5,2%. Sementara, rencana Presiden Prabowo memangkas anggaran, bisa menjadi penghambat [pertumbuhan] tambahan," kata Lloyd Chan, Ahli Strategi di MUFG Bank, salah satu bank terbesar di Jepang, dilansir dari Bloomberg.
Inflasi dan bunga acuan
Hasil survei juga memperkirakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berpotensi lebih lemah di 2,30% year-on-year, dibandingkan prediksi sebelumnya 2,50%. Sedangkan pada 2026, inflasi IHK Indonesia diproyeksi di angka 2,65% dibanding prediksi sebelumnya 2,60%.
Meski inflasi diperkirakan lebih rendah, tingkat bunga acuan diperkirakan bertahan di kisaran saat ini yaitu 5,75% pada akhir kuartal 1-2025. Namun, pada akhir tahun nanti, BI rate diprediksi akan turun lagi menjadi 5,50%.
"Kebijakan moneter dalam jangka. pendek akan memprioritaskan stabilitas nilai tukar, seiring dengan risiko pelemahan rupiah yang terus meningkat akibat penguatan dolar AS dan arus keluar modal asing. BI kemungkinan akan mempertahankan BI rate di level saat ini pada Maret, meskipun secara keseluruhan trajektori pada tahun ini akan mengikuti lintasan bunga acuan The Fed," kata Ahmad Mobeen, Senior Economist di S&P Global Market Intelligence.
Para ekonom yang disurvei juga memperkirakan, defisit fiskal RI akan lebih tinggi ketimbang proyeksi Pemerintah RI di angka 2,5%. Defisit anggaran diprediksi mencapai 2,6% dari PDB pada kuartal ini, lalu meningkat menjadi 2,9% pada kuartal II-2025.
Baru pada separuh kedua tahun ini, defisit fiskal mengecil jadi 2,8% pada kuartal III-2025 dan sebesar 2,7% pada kuartal IV-2025.
Sementara transaksi berjalan Indonesia diperkirakan menigkat defisitnya dari 1% terhadap PDB pada kuartal pertama, menjadi 1,2% pada kuartal IV nanti.
(rui)