Fenomena ini juga merupakan bagian dari tren global yang semakin meluas. Tingkat fertilitas Korea Selatan naik tipis tahun lalu untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun, tetapi tetap di angka 0,75—jauh di bawah tingkat yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi. Penurunan angka kelahiran di Prancis semakin cepat pada 2023, mencapai laju tercepat dalam setengah abad, sementara populasi China telah menyusut selama tiga tahun berturut-turut.
Lebih sedikit pekerja berarti pendapatan pajak yang lebih rendah bagi kas pemerintah, sekaligus menambah tekanan pada bisnis yang menghadapi kekurangan tenaga kerja.
Sejak populasi usia kerja Jepang mencapai puncaknya pada 1995, pasar tenaga kerja tetap relatif ketat. Tingkat pengangguran saat ini sebesar 2,4%—terendah di antara negara-negara OECD—dan telah bertahan di bawah 3% selama hampir empat tahun. Menurut perkiraan Recruit Works Institute, Jepang diproyeksikan menghadapi kekurangan tenaga kerja sebanyak 11 juta orang pada 2040.
Pada 2024, rekor 342 perusahaan Jepang bangkrut akibat krisis tenaga kerja, menurut survei Teikoku Databank.
Sementara itu, biaya jaminan sosial Jepang terus meningkat seiring dengan semakin besarnya proporsi penduduk yang melewati usia pensiun. Untuk tahun fiskal yang dimulai pada April, pemerintah telah mengalokasikan ¥37,7 triliun (US$253 miliar) untuk jaminan sosial, meningkat hampir 20% dalam satu dekade terakhir.
Sistem pensiun Jepang juga menghadapi tekanan, dengan semakin sedikitnya pemberi kontribusi dan semakin banyak penerima manfaat. Dalam dua dekade terakhir, jumlah orang yang membayar iuran pensiun turun sekitar 3 juta, sementara jumlah penerima meningkat hampir 40%, menurut kementerian kesejahteraan.
Penurunan angka kelahiran yang terus berlanjut sebagian mencerminkan keengganan generasi muda untuk memiliki anak, meskipun ada upaya terbaru dari pemerintah. Melanjutkan inisiatif pendahulunya, Perdana Menteri Shigeru Ishiba mendorong paket kebijakan pengasuhan anak senilai ¥3,6 triliun, yang mencakup dukungan bagi calon orang tua serta perbaikan kondisi kerja bagi tenaga pengasuhan anak.
Meskipun pengeluaran pemerintah meningkat, jumlah kelahiran masih jauh di bawah skenario utama yang diproyeksikan untuk 2024 oleh Institut Nasional Penelitian Populasi dan Jaminan Sosial. Lembaga yang didukung pemerintah itu sebelumnya memperkirakan jumlah kelahiran akan mencapai 779.000 sepanjang tahun.
(bbn)