Kini, dengan harga emas sudah melenggang di level Rp1.692.000 per gram, ada sebagian investor yang ragu ketika hendak memulai masuk berinvestasi di komoditas logam berharga ini.
Benarkah masih ada peluang cuan bila membeli emas di harga saat ini yang dinilai sudah cukup mahal?
Pergerakan harga emas dipicu oleh beberapa sentimen utama. Sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, harga emas 'hanya' memberikan peluang keuntungan dari kenaikan harga (capital gain). Alhasil, karena tidak memberikan yield, tingkat bunga rendah akan membuat emas lebih menarik.
Itu karena instrumen investasi dengan imbal hasil seperti obligasi dan saham juga menurun yield-nya karena harganya berpotensi melesat di lingkungan suku bunga rendah.
Alhasil, apapun kabar atau data yang potensial mempengaruhi prospek kebijakan bunga acuan Federal Reserve, bank sentral AS, akan berdampak langsung pada pergerakan harga emas baik di pasar dunia maupun lokal.
Emas juga potensial melesat harganya ketika ketidakpastian global meningkat. Di kala pertumbuhan ekonomi terancam stagnasi apalagi resesi, harga emas umumnya akan naik tinggi karena menjadi aset safe haven.

Goldman Sachs Group Inc., salah satu bank investasi kakap global, sempat mengeluarkan prediksi harga emas baru di tengah lingkungan pasar global yang telah banyak berubah.
Bank investasi itu memprediksi, pada akhir tahun ini harga emas potensial menyentuh US$ 3.100 per troy ounce. Pembelian bank sentral dan arus masuk dana di bursa berjangka emas akan menjadi pengungkit harga komoditas logam itu.
Analis Lina Thomas dan Daan Struyven dalam catatannya mengatakan, permintaan bank sentral mungkin mencapai rata-rata 50 ton per bulan, lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya.
Jika ketidakpastian atas kebijakan ekonomi terus berlanjut, termasuk tarif, harga emas batangan bisa mencapai US$ 3.300 per ons karena posisi spekulatif yang lebih tinggi.
Prediksi harga itu, mengimplikasikan potensi kenaikan 14% dari level harga saat ini yang bergerak di kisaran US$ 2.891 per troy ounce.
Mengacu data World Gold Council, pada 2024 lalu bank sentral memborong sedikitnya 1.045 metrik ton emas, senilai US$ 96 miliar, atau setara Rp1.562 triliun dengan kurs dolar AS saat ini.
Beberapa negara yang terindikasi terbanyak memborong emas pada 2024 di antaranya adalah Polandia, India dan Turki. Sementara pada awal tahun ini, bank sentral China yaitu People Bank of China (PBOC) tercatat memborong emas tiga bulan beruntun sebagai bagian dari cadangan devisa mereka.
Per akhir Januari, posisi cadangan emas moneter China mencapai 73,45 juta troy ounce, menurut data resmi yang dilansir PBOC dan dikutip oleh Bloomberg. Angka itu setara dengan 2.284,55 metrik ton emas moneter Tiongkok dan bernilai sekitar US$ 206,5 miliar, setara 6,43% dari total nilai cadangan devisa milik bank sentral China.
Emas Antam
Bagi investor lokal, harga emas Antam menjadi salah satu acuan di antara berbagai merek emas batangan lain seperti emas merek Galeri 24 produksi PT Pegadaian, lalu ada juga emas produksi PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) dan emas-emas lain yang tersedia di pasar saat ini.
Selain mengekor harga emas dunia, harga emas lokal juga dipengaruhi oleh kurs dolar AS. Itu karena emas di pasar global dijual dengan satuan dolar AS dan troy ounce. Ketika dijual di Indonesia, harganya dikonversi menjadi rupiah dan satuan gram.
Itu membuat harga emas lokal juga sensitif dengan pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS. Ketika dolar AS mahal, harga emas lokal bisa makin mahal bahkan ketika pergerakan emas di pasar global stagnan. Sebaliknya, harga emas lokal berpotensi turun hanya ketika kurs dolar AS melemah dan harga komoditas logam itu juga turun di pasar dunia.
Bagi para investor yang membeli emas tepat setahun lalu atau pada 27 Februari 2024, di kala harga emas Antam dibanderol di harga Rp1.132.000 per gram, maka bila pada hari ini menjualnya di harga buyback Rp1.542.000 per gram, investor potensial mengantongi untung bersih hingga 36,12%.
Keuntungan lebih dahsyat lagi bagi pembeli emas lima tahun silam. Sekadar mengingatkan, ketika pandemi pecah, harga emas juga 'menggila'. Harga emas Antam dijual Rp813.000 per gram pada 27 Februari 2020. Bila dijual hari ini, maka investor bisa mengantongi 89,6% dalam lima tahun investasi.
Tingkat return itu melampaui keuntungan investasi di saham dan obligasi. Sebagai perbandingan, return IHSG dalam lima tahun mencapai 36,04% atau per tahun sekitar 6,34%. Sementara return obligasi negara, seperti tercermin dari INDOBEX mencapai 41,18% dalam periode yang sama.
(rui)