Arman menambahkan penurunan suku bunga acuan BI juga dilakukan seiring dengan tingkat inflasi domestik yang akan kembali ke level 3% pada kuartal-III 2023. Kembalinya level inflasi ke level tersebut dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksi berada di atas 5% sepanjang 2023.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sedikit di atas 5%. Tadinya kami proyeksi 5% atau sedikit di bawah 5%," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo kembali menegaskan bahwa suku bunga acuan yang ada saat ini sudah memadai. Bank sentral belum berencana mengubah suku bunga.
"(BI 7 Day Reverse Repo Rate) 5,75% itu tetap memadai. Sejak Januari, tidak ada rencana untuk menaikkan kembali suku bunga," tegas Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Senin (8/5/2023).
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan lalu, Perry dan kolega sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5,75%. BI7DDR tidak berubah sejak Januari atau empat bulan beruntun. "Cukuplah itu," ujar Perry.
Menurut Perry, suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) sudah memuncak. BI memperkirakan Fed Funds Rate mencapai puncaknya (terminal rate) di sekitar 5,25%.
(rez/dba)