Deirdre Hipwell - Bloomberg News
Bloomberg, Unilever Plc resmi mengganti CEO Hein Schumacher setelah kurang dari dua tahun menjabat. Hal ini menandakan bahwa dewan direksi tidak puas dengan kecepatan restrukturisasi di perusahaan yang memproduksi Hellmann’s Mayonnaise dan es krim Ben & Jerry’s tersebut.
Perusahaan barang konsumsi asal Inggris-Belanda itu mengumumkan bahwa Chief Financial Officer (CFO) Fernando Fernandez akan mengambil alih posisi CEO mulai 1 Maret. Unilever memuji kemampuan Fernandez dalam “mendorong perubahan dengan cepat,” mengisyaratkan bahwa dewan ingin mempercepat transformasi perusahaan.
Schumacher menggantikan Alan Jope pada Juli 2023 di tengah rendahnya kepercayaan investor, setelah Unilever memberikan aktivis investor Nelson Peltz kursi di dewan direksi. Dia segera menginisiasi perombakan besar, termasuk rencana memisahkan divisi es krim serta melakukan efisiensi biaya.
Schumacher berupaya mengurangi ketergantungan pada strategi pertumbuhan berbasis kenaikan harga setelah periode inflasi tinggi, dengan fokus pada peningkatan volume penjualan produk. Unilever sendiri memiliki berbagai merek ternama, termasuk sabun Dove, kaldu Knorr, dan pasta gigi Pepsodent.
Perubahan Strategi
Mantan CEO FrieslandCampina itu juga mengurangi penekanan pada agenda “tujuan” Unilever. Pendahulunya, Alan Jope dan Paul Polman, meyakini bahwa produk yang memiliki misi sosial—seperti kampanye untuk meningkatkan kepercayaan diri tubuh atau promosi kebersihan—lebih sukses di pasar dibanding produk tanpa misi tersebut. Namun, beberapa investor mengkritik pendekatan ini dan menginginkan pertumbuhan penjualan yang lebih nyata.
Saham Unilever turun 1,7% di London pada Selasa (25/02/2025). Sejak Schumacher menjabat, nilai saham perusahaan telah naik 8%. Ia akan tetap berada di Unilever hingga 31 Mei.
“Saya menyesal harus meninggalkan Unilever lebih cepat dari yang diperkirakan,” ujar Schumacher dalam email kepada staf Unilever yang dilihat oleh Bloomberg. “Namun, saya tetap teguh pada rekam jejak dan pendekatan saya.”
Ketua Dewan Direksi Unilever, Ian Meakins, mengatakan keputusan Schumacher untuk mundur bersifat mutual. Ia menambahkan bahwa dewan terkesan dengan pendekatan Fernandez yang “tegas, berorientasi pada hasil,” serta “memiliki pemahaman mendalam tentang operasional Unilever.”
“Meski kinerja Unilever pada 2024 cukup baik, masih banyak yang harus dilakukan untuk mencapai hasil terbaik di kelasnya,” kata Meakins.
CEO Baru, Wajah Lama
Fernandez bergabung dengan Unilever pada 1988 dan telah memimpin beberapa pasar utama perusahaan, termasuk Brasil dan Filipina. Sebelumnya, ia juga menjabat sebagai Presiden Divisi Amerika Latin.
Keputusan Unilever untuk menunjuk eksekutif internal sebagai CEO mencerminkan langkah serupa yang diambil oleh pesaingnya, Nestlé SA. Tahun lalu, Nestlé mengganti CEO Mark Schneider dengan Laurent Freixe, yang telah bekerja di perusahaan makanan asal Swiss itu selama hampir empat dekade. Seperti Fernandez, Freixe juga memiliki pengalaman memimpin pasar global, termasuk Amerika Latin.
Fernandez akan mengambil alih kepemimpinan Unilever di tengah proses pemisahan divisi es krim perusahaan. Unilever telah mengumumkan bahwa unit ini akan terdaftar di bursa saham utama di Amsterdam, dengan pencatatan sekunder di London dan New York.
Perusahaan juga melaporkan peningkatan penjualan inti sebesar 4% pada kuartal keempat, sedikit melampaui perkiraan. Laba diperkirakan akan meningkat secara moderat pada 2025.
Namun, Chris Beckett, kepala riset ekuitas di Quilter Cheviot, menilai bahwa perbaikan yang dipimpin Schumacher “cenderung melambat,” dengan panduan yang lemah dan pertumbuhan penjualan yang hanya diprediksi meningkat seiring naiknya harga komoditas.
Unilever menegaskan bahwa pergantian CEO ini tidak akan mempengaruhi target keuangan tahunan mereka.
“Kami bertemu dengan Hein sekitar seminggu yang lalu, dan dia tampak seperti biasanya—optimis dan penuh energi. Kami sama sekali tidak melihat ini akan terjadi,” kata James Edwardes Jones, analis di RBC Capital Markets. Ia mengaku “terkejut” dan “bingung” dengan keputusan ini, mengingat Schumacher “sangat disukai investor.”
“Kami bertanya-tanya apakah ini merupakan bukti bahwa budaya lama Unilever—yang sering kali tidak efisien—sedang kembali menguat,” katanya dalam catatan kepada klien. “Fernando Fernandez, CEO baru, telah bekerja di Unilever selama 37 tahun dan mungkin menjadi agen perubahan yang lebih dapat diterima.”
(bbn)