Namun 11 bulan kemudian, saat kecemasan konflik langsung antara Rusia dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mereda, sekutu memberikan berbagai persenjataan kepada Ukraina. Sistem pertahanan anti-serangan udara, kendaraan tempur, pesawat nirawak, dan sebagainya telah dikirimkan. Kini fokus sekutu adalah memukul mundur Rusia dari wilayah yang mereka rebut seperti Donetsk dan Luhansk.
“Kita bicara soal sistem persenjataan yang sangat efektif. Sangat penting bagi kami untuk memilih, bukan didesak. Kami sudah memilih, memilih bekerja sama,” kata Kanselir Jerman Olaf Scholz di Majelis Rendah Parlemen, kemarin.
Biden telah berbicara dengan Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak soal pengiriman senjata ke Ukraina.
Belum diketahui tank Abrams tipe apa yang akan dikirim, dan apakah baru atau stok yang sudah ada. Pelatihan untuk operasional dan perawatan tank akan dilakukan segera.
“Jerman tidak mendesak saya. Kami ingin memastikan kita semua bersama. Itu yang akan selalu kami lakukan, dan yang sekarang kami lakukan,” tegas Biden.
Sebelumnya, Inggris sudah menyatakan komitmen pengiriman tank Challenger. Prancis membuka opsi pengiriman tank Leclerc, tetapi saat ini masih fokus untuk mengirim artileri, senjata ringan, dan sistem pertahanan udara.
Negara-negara lain pun bersiap mengirimkan tank setelah Jerman memberi sinyal merestui penerjunan tank Leopard 2 ke Ukraina. Polandia sudah mengirimkan permintaan formal kepada Jerman untuk mengirimkan 14 tank. Menteri Luar Negeru Finlandia Pekka Haavisto juga siap mengirimkan tank Leoprad.
Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah Rusia Dmitry Peskov menyatakan sekutu terlalu berlebihan dalam menilai peranan tank dalam perang di Ukraina. Peskov menyebut sekutu “sangat delusional”.
“Tank Abrams dan Leopard akan terbakar seperti yang lainnya,” tegas Peskov dalam jumpa pers, seperti dikutip dari kantor berita Tass.
(bbn)