Dalam kaitan itu, Djoko menyebut proses keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) proyek Blok Masela akan mulai dibahas pada April 2025.
Hal ini karena Inpex telah mendapatkan offtaker LNG dari proyek Lapangan Abadi di Blok Masela. Djoko juga menepis kabar keinginan Inpex yang berencana menyelesaikan FID pada 2027.
Menurutnya, manajemen Inpex juga telah menyampaikan rencana perseroan dalam pertemuan dengan SKK Migas kemarin, Senin (24/2/2025) pagi.
“Tadi pagi, manajemen Inpex datang ke SKK Migas. Ya, dia lapor bahwa FID nanti akan di-announce [umumkan] pembahasannya mulai April [2025],” tutur Djoko.
Djoko sebelumnya mengatakan FID Inpex di Blok Masela sudah lama terlambat. Pemerintah, padahal, menargetkan keputusan investasi tersebut bisa rampung pada kuartal IV-2025 atau akhir tahun ini, nyaris dua tahun lebih awal dari target Inpex pada 2027
“Nah ini molor terus, enggak niat. Kalau [Inpex] niat, seperti Eni SpA [di proyek IDD] dan Mubadala Energy [di proyek South Andaman] yang saat ini giat memasarkan gasnya,” kata Djoko kepada Bloomberg Technoz, Senin (17/2/2025).
Pemerintah melalui SKK Migas bahkan sudah mempercepat target produksi atau onstream LNG Lapangan Abadai menjadi pertengahan 2029, dari target semula pada awal 2030. “Lebih cepat lebih baik,” tutur Djoko.
Akan tetapi, berbeda dengan agenda pemerintah, Inpex dalam sebuah konferensi pers di Tokyo belum lama ini justru mengumumkan FID untuk Blok Masela ditargetkan rampung pada 2027 dengan rencana produksi tetap dimulai pada awal 2030.
Presiden/CEO Inpex Co Takayuki Ueda memaparkan target tersebut sebagai bagian dari rencana bisnis perusahaan untuk tiga tahun mendatang. Dia menyebut Inpex berencana menanamkan modal US$11,7 miliar di berbagai wilayah, termasuk proyek andalannya Ichthys LNG di Australia.
Ueda melihat potensi besar dalam pengembangan bisnis LNG yang dapat mendukung transisi energi.
"Gas alam dan LNG memiliki intensitas emisi gas rumah kaca yang relatif rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya dan akan memainkan peran yang makin penting sebagai bahan bakar praktis dalam transisi energi," ujar Ueda di sela konferensi pers tersebut, dikutip melalui Reuters.
Ueda menyebut, sebagai pemegang hak partisipasi atau participating interest (PI) terbesar di proyek Lapangan Abadi, Inpex berencana untuk memulai desain rekayasa atau front end engineering design (FEED) awal tahun ini.
Lapangan Abadi diestimasikan memiliki puncak produksi sebesar 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel kondensat per hari (BCPD).
Saat ini, pemegang hak partisipasi atau participating interest (PI) di Blok Masela adalah Inpex Masela Limited dengan porsi 65%. Tadinya, sisa 35% hak partisipasi di blok tersebut dikendalikan oleh Shell Upstream Overseas Services Ltd.
Per Juli 2023, sebanyak 35% hak Partisipasi Shell dilego ke PT Pertamina Hulu Energi Masela dan Petrolian Nasional (Petronas) Masela Berhad dengan pembagian porsi masing-masing sebesar 20% dan 15%.
(mfd/wdh)