Logo Bloomberg Technoz

Smelter PT GNI yang beroperasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah memiliki kapasitas pengolahan sekitar 1,9 juta ton bijih nikel per tahun. Sejak awal tahun, pabrik tersebut dikabarkan telah menyetop mayoritas dari lebih dari 20 lini produksinya.

Berbagai narasumber Bloomberg, menyebut PT GNI telah menunda pembayaran pada pemasok sehingga tidak dapat memperoleh bijih nikel untuk diolah smelter-nya. Jika situasi berlanjut, menurut sumber-sumber tersebut, perusahaan kemungkinan akan segera menghentikan produksinya.

Selain akibat tekanan harga nikel yang terus turun, bisnis PT GNI dikabarkan terimbas oleh kejatuhan induk usahanya di China, Jiangsu Delong, akibat gagal bayar utang.

Selain PT GNI, Jiangsu Delong juga menjadi investor di balik proyek hilirisasi nikel di Indonesia yang dikelola PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) di Konawe dan Sulawesi Tenggara.

Kemenko Perekonomian sebelumnya melaporkan OSS, VDNI, dan GNI secara kumulatif telah menggelontorkan investasi senilai US$8 miliar, dengan penyerapan tenaga kerja lebih kurang 27.000 orang.

Sebelumnya, Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) mengingatkan agar PT GNI tetap memperhatikan hak karyawan di tengah isu gangguan produksi smelter nikelnya di Morowali Utara.

Sekretaris Jenderal AP3I Haykal Hubeis mengatakan, jika sampai terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat masalah yang dihadapi oleh bisnis smelter nikelnya di Indonesia, PT GNI harus menyelesaikan kewajiban-kewajibannya sebelum tutup.

“Pemerintah kan punya aturan-aturan yang jelas, yang mengatur tentang apabila ada perusahaan yang ‘agak-agak’ [terancam tutup atau bangkrut], wajib menyelesaikan segala sesuai secara benar, sesuai aturan yang berlaku,” ujarnya.

(wdh)

No more pages