Bloomberg Technoz, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut nasib bisnis smelter nikel pirometalurgi yang dikelola PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) berada di ranah Kementerian Perindustrian.
Dalam kaitan itu, Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Julian Ambassadur Shiddiq menjelaskan perizinan standalone smelter, atau pabrik pengolahan mineral yang tidak terintegrasi dengan tambang atau pemegang izin usaha pertambangan (IUP), adalah wewenang Kemenperin.
“Kalau kami [Kementerian ESDM] kan di hulunya saja,” ujarnya saat ditemui di kompleks parlemen, seusai rapat bersama DPD RI, dikutip Selasa (25/2/2025).
Dengan demikian, dia pun mengaku, sulit bagi Kementerian ESDM untuk menakar dampak krisis operasional PT GNI terhadap hilirisasi nikel. Terlebih, jika terjadi penutupan standalone smelter, pelaporan biasanya tidak dilayangkan ke Kemenperin.
“Kalau pembinaannya bukan di kita, bagaimana kita mau skenariokan. Laporannya saja tidak ada di kami [Kementerian ESDM]. Kami juga tidak tahu. Izin usaha industri [IUI]-nya dari Kementerian Perindustrian, karena [smelter PT GNI] bukan smelter terintegrasi. Kalau dia smelter terintegrasi, baru di kita.”

Untuk diketahui, PT GNI tercatat sebagai pemegang IUI non-IUP di bawah pengawasan Kemenperin. Smelter PT GNI sendiri diresmikan oleh Presiden ke-7 Joko Widodo pada 27 Desember 2021.
Dari rekam jejaknya, IUI smelter PT GNI sempat dievaluasi oleh Kemenperin menyusul bentrokan maut yang mengakibatkan korban jiwa pada 14 Januari 2023. Fasilitas pengolahan nikel PT GNI juga tercatat beberapa kali mengalami insiden kebakaran, termasuk yang memakan korban jiwa.
Smelter PT GNI—yang mampu memproduksi 1,8 juta ton bijih kasar nikel per tahun — dikabarkan telah menutup semua kecuali beberapa dari lebih dari 20 jalur produksinya sejak awal tahun ini.
Gunbuster belakangan ini dikabarkan telah menunda pembayaran kepada pemasok lokal dan tidak dapat memperoleh bijih nikel, menurut orang-orang yang mengetahui situasi tersebut kepada Bloomberg.
Smelter GNI tersebut kemungkinan akan segera menghentikan produksi jika situasi terus berlanjut, kata orang-orang tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya lantaran isu ini disebut bersifat sensitif.
(wdh)