Namun, kurs tengah Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) sore ini ditutup melemah tipis 0,02% di level Rp16.303/US$.
Adapun penguatan rupiah pada penutupan transaksi spot hari ini berlangsung ketika tekanan jual masih besar di pasar saham.
IHSG sampai pukul 15:05 WIB, sudah kehilangan 0,91%, terseret ke level 6.741. Beberapa saham terindikasi menjadi laggard atau pemberat indeks, di antaranya BREN, AMMN, BYAN, TLKM, BBCA, BBNI, ASII.
Adapun di pasar surat utang, kebanyakan harga obligasi negara bergerak naik. Hal itu terindikasi dari pergerakan imbal hasil yang menurun di hampir semua tenor. Yield 2Y turun 1,4 basis poin ke level 6,447%.
Lalu tenor 10Y berubah sedikit di 6,783%, begitu juga tenor 20Y dan 30Y yang berubah sedikit di 6,970% dan 7,034%.
Sementara tenor menengah 5Y nak 1,4 bps ke level 6,53%.bersama tenor 1Y yang naik 0,8 bps di posisi 6,356%.
Peresmian Danantara
Hari ini, Presiden Prabowo Subianto meresmikan pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, Danantara Indonesia.
Danantara akan mengelola aset sekitar US$900 miliar atau setara Rp14.647 triliun.
Sebagai awalan, Danantara diberikan 'modal investasi awal' berupa dana segar dari kas negara senilai US$ 20 miliar untuk menggeber 15 hingga 20 proyek pada tahun ini, seperti dilansir oleh Bloomberg News.
Lembaga ini akan melapor langsung pada presiden. Mengacu UU BUMN yang baru saja diresmikan, Danantara akan diberikan otoritas untuk menerbitkan surat utang.
Penting dicatat, Danantara tidak diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkecuali diperintahkan atau atas izin dari DPR-RI. Audit akan dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik.
Selain itu, pengurus Danantara juga dibebaskan dari tanggung jawab hukum ketika terjadi kerugian kecuali itu terjadi karena kelalaian, konflik kepentingan, atau keuntungan pribadi (conflict of interest) yang terbukti melanggar hukum.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Sjahrir menyatakan, Danantara bisa mendapatkan suntikan modal awal dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Meski begitu, dirinya tak menegaskan apakah dana tersebut berbeda dengan dana investasi awal Danantara sebesar US$20 miliar, atau bukan.
“[Modal awal] bisa masuk dari Kemenkeu bisa juga dari dividen yang ada, nanti dimasukkan,” kata Pandu kepada awak media, di Istana Negara, Senin (24/2/2025).
Pandu menjelaskan dana kelolaan awal Danantara senilai US$20 miliar akan diinvestasikan pada pasar privat dan pasar publik. Utamanya dalam sektor-sektor yang menciptakan lapangan pekerjaan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi RI.
Kepala Danantara Rosan Roeslani menyatakan Danantara akan fokus berinvestasi dalam bidang hilirisasi, energi baru terbarukan, pangan, energi, dan bidang-bidang lainnya.
Dirinya memproyeksi Danantara akan memiliki aset kelolaan hingga US$900 miliar ketika seluruh aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah dikonsolidasikan ke dalam Danantara.
“Jadi US$900 miliar dolar itu adalah aset yang kita combine asset dari semua BUMN yang ada di Indonesia,” kata Rosan dalam kesempatan yang sama.
Aset-aset yang akan dikelola di lembaga investasi tersebut diantaranya merupakan aset milik Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu aset PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT PLN, PT Pertamina, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan Mining Industry Indonesia (MIND ID).
(rui)