Logo Bloomberg Technoz

Trump telah menghentikan sementara penerapan tarif tersebut untuk saat ini, tetapi mengatakan bahwa tarif tersebut masih dapat diberlakukan kembali jika dirinya tidak melihat kemajuan yang cukup.

Di Asia Apple menggantungkan produksi iPhone melalui mitranya Hon Hai Precision Industry Co. atau Foxconn dengan mayoritas fasilitas berada di China. Meski demikian Foxcoonn perlahan meningkatkan volume produksi terbaru dari India, kata sumber Bloomberg News tahun lalu.

Situasi yang dimanfaatkan oleh Perdana Menteri Narendra Modi yang berambisi membangun hubungan yang lebih dekat dengan AS dengan target menjadikan negaranya sebagai pusat manufaktur.

Foxconn juga membidik Vietnam sebagai basis produksi dengan kesepakatan investasi sekitar US$551 juta (sekira Rp9 triliun). Pembangunan fasilitas terdapat di provinsi pesisir utara Vietnam, Quang Ninh.

Dua proyek baru ini menjadikan total investasi yang dijanjikan oleh Foxconn di provinsi ini menjadi sekitar US$1 miliar, disiarkan dalam sebuah unggahan di situs resmi pemerintah provinsi. Pemerintah Vietnam tahun 2023 mengumumkan dua pabrik Foxconn lainnya yang akan membuat komponen elektronik, didukung dengan total investasi sebesar US$246 juta.

Keputusan Hon Hai Precision juga mendapat dukungan dari pemerintah Taiwan terleboh pasca  perintah eksekutif Donald Trump yang memberlakukan tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko.

Jauh sebelum ketegangan tarif China-AS, Apple yang bermarkas dii Cupertino, California, memang memiliki proyek jangka panjang untuk mendiversifikasi manufakturnya dari China. Sebagai bagian dari mengurangi risiko rantai pasokan untuk produk-produk terpenting perusahaan.

Tarif Tinggi Trump, Apa Manfaatnya?

Trump mengasosiasikan diri dengan Presiden AS ke-25 William McKinley, yang memberlakukan tarif tinggi untuk melindungi industri dalam negeri dan mengambil alih tanah dari negara asing. 

Secara teori ekonomi, cara ini dibenarkan karena manufaktur bakal tumbuh di Amerika. Namun sejumlah pihak kini meragukan capaian tersebut dan menyebut aksi Trump tidak beralasan dan belum cukup memberi bukti manfaat untuk Amerika.

Pasalnya, Amerika saat ini telah bergantung pada pertumbuhan industri berbasis teknologi tinggi dan menjadi markas tujuh perusahaan teknologi raksasa, mulai dari Apple, Nvidia, hingga Tesla. Banyak perusahaan kini sangat bergantung pada barang-barang impor untuk membuat produk akhir mereka. Tarif yang tinggi justru merugikan dan bukannya melindungi mereka.

Sementara basis industri kala rendah dan menengah justru mengalami kemunduran di AS. Sehingga saat Trump berupaya membangkitkan kembali manufaktur, tantangan utamanya adalah mencari SDM yang tepat. Pada saat yang sama lulusan di kampus AS cenderung tidak melirik sektor manufaktur karena mengejar bisnsi di Wall Street, Sillicon Valley, atau industri farmasi.

"Dengan uang yang mengalir dari seluruh dunia, para manajer Wall Street mengejar proyek-proyek yang menjanjikan keuntungan yang tinggi dan sering kali berisiko. Perusahaan manufaktur biasa bukanlah target mereka; hanya perusahaan teknologi tinggi yang menjadi incaran mereka," dijelaskan Yao Yang, akademisi di Pusat Penelitian Ekonomi China dan Sekolah Pembangunan Nasional, Universitas Peking.

(prc/wep)

No more pages