eFishery telah mengumpulkan ratusan juta dolar AS, dan potensi kehancuran perusahaan akan menjadi pukulan bagi upaya industri startup lokal untuk menarik lebih banyak investor global.
Seorang penasihat merekomendasikan agar para investor memutuskan apakah akan melikuidasi atau merestrukturisasi eFishery secepatnya pada bulan ini, Bloomberg News sebelumnya melaporkan.
Pada bagian lain, serikat pekerja yang diorganisir oleh para karyawan telah mendesak perusahaan untuk membatalkan rencana PHK massal dan melanjutkan bisnisnya.
"Terdapat kabar bahwa perusahaan berencana melakukan PHK massal serta penutupan perusahaan pada bulan Februari. Langkah ini diduga dilakukan untuk menghindari pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) bagi karyawan," salah satu kutipan dari pernyataan resmi Serikat Pekerja PT Multidaya Teknologi Nusantara (SPMTN) atau eFishery.
Kisruh di internal eFishery menyebabkan oeprasional berhenti dan menurut SPMTN, berdampak pada para pembudidaya, petambak, dan konsumen dalam ekosistem eFishery. "Banyak pembudidaya yang kini kesulitan mendapatkan pakan, terganggu arus kasnya, terlilit hutang di luar, serta tidak bisa menemukan akses pasar yang biasanya disediakan oleh eFishery," terang SPMTN.
Kronologi awal kasus penggelembungan laporan keuangan eFishery
Seorang perwakilan dari FTI Consulting Singapore Pte, penasihat yang disewa oleh dewan eFishery untuk mengambil alih manajemen perusahaan, menolak berkomentar.
Sebuah penyelidikan awal yang sedang berlangsung terhadap perusahaan rintisan ini memperkirakan bahwa manajemen menggelembungkan pendapatan sebesar hampir US$600 juta dalam sembilan bulan hingga September tahun lalu. Itu berarti lebih dari 75% angka yang dilaporkan adalah palsu.
eFishery adalah startup Indonesia baru yang disebut unicorn, atau perusahaan rintisan yang bernilai lebih dari US$1 miliar. Valuasinya terakhir kali US$1,4 miliar kala G42, satu perusahaan artificial intelligence (AI) yang dimiliki oleh anggota kerajaan Uni Emirat Arab (UAE), Sheikh Tahnoon bin Zayed Al Nahyan, berinvestasi di putaran pencarian dana paling akhir.
Namun insiden penggelembungan telah menghancurkan perusahaan dimana lebih dari 75% angka yang dilaporkan adalah palsu. Laporan awal penyelidikan diketahui telah beredar di kalangan investor.
Situasi ini berakhir dengan pencopotan Gibran Huzaifah, selaku pendiri dan CEO eFishery. Gibran tidak sendiri dalam keputusan pembebastugasan sementara. Ada Chrisna Aditya yang terakhir menduduki Chief Product Officer (CPO).
eFishery dalam keterangan resmi bulan Desember 2024 menyatakan mengangkat CEO dan CFO interm, Adhy Wibisono serta Albertus Sasmitra "sebagai wujud komitmen untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik."
"Kami memahami keseriusan isu yang sedang beredar saat ini dan kami menanggapinya dengan perhatian penuh. Kami berkomitmen untuk menjaga standar tertinggi dalam tata kelola perusahaan dan etika dalam operasional perusahaan," tutur eFishery.
Minggu lalu tersiar kabar bahwa Adhy juga telah mundur dari posisinya dan perannya digantikan oleh perwakilan FTI Consulting Singapore Pte., dilaporkan DealStreetAsia.
Gibran Huzaifah, memberi penjelasan secara terbuka terkait dugaan keterlibatannya atas kabar dugaan laporan keuangan ganda eFishery.
Tech in Asia sebelumnya melaporkan tentang pemutusan hubungan kerja eFishery.
(wep)