Namun, gerak terbatas rupiah sepertinya sejalan dengan penurunan tipis IHSG pagi ini di kisaran 6.801.
Adapun di pasar surat utang, harga obligasi cenderung bergerak variatif. Beberapa tenor masih mencatat kenaikan yield seperti tenor 5Y yang naik 1,9 bps pagi ini, dan 10Y yang naik 0,09 bps. Namun, tenor pendek 2Y turun 0,8 bps pagi ini.
Secara teknikal, rupiah mencatat level resistance terdekat di Rp16.280/US$. Lalu level resistance potensial selanjutnya ada di Rp16.250/US$ dan Rp16.200/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah dalam time frame daily hingga sepekan perdagangan.
Rupiah memiliki level support psikologis pada level Rp16.350/US$ dan Rp16.400/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya kembali kepada level Rp16.450/US$ dalam nantinya.
Sentimen dalam negeri mungkin akan memberi sokongan di mana pelebaran lagi selisih imbal hasil investasi RI dengan Amerika, sepertinya akan terus menarik lagi arus modal asing masuk.
Laporan Bank Indonesia, berdasarkan data transaksi 17-20 Februari 2025, investor nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp7,58 triliun.
Angka itu terdiri atas jual neto sebesar Rp0,46 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp6,96 triliun di pasar SBN, dan Rp1,08 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Hari ini, Presiden Prabowo Subianto akan meresmikan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara yang akan mengelola aset sekitar US$900 miliar atau setara Rp14.647 triliun.
Kelahiran Danatara itu menuai pro dan kontra. Di kalangan yang pro menilai, Danantara bila dikelola sesuai prinsip good governance ia potensial menjadi 'the next Temasek'.
Namun, di kalangan suara kontra, mengacu pada banyaknya kasus pailit dan fraud di berbagai BUMN seperti Jiwasraya, Asabri, Istaka Karya, dan lain sebagainya, Danantara dinilai berisiko menjadi skandal baru di masa depan seperti 1MDB di Malaysia.
Pekan ini, di pasar global, pelaku pasar juga akan menunggu rilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) yang akan memberi petunjuk lanjutan tentang prospek kebijakan bunga acuan Federal Reserve.
Itu juga akan memperkuat atau memperlemah sinyal positif yang sempat ditebar para pejabat The Fed pada pekan lalu, bahwa masih akan ada dua kali lagi pemangkasan bunga acuan The Fed pada tahun ini.
Sentimen Danantara
Peresmian Danantara menandai gebrakan baru Presiden Prabowo yang sejak menjabat pada Oktober lalu menegaskan ambisinya menggeber pertumbuhan ekonomi hingga 8% dalam periode kepemimpinannya.
Sejumlah nama disebut akan menjadi pengurus dan pengawas. Menteri Investasi/BKPM Rosan Roeslani disebut akan menjadi nakhkoda lembaga yang akan mengelola belasan ribu triliun tersebut.
Sementara nama-nama mantan presiden, seperti Presiden RI ke-7 Joko Widodo serta Presiden RI ke-5 Susilo Bambang Yudhoyono disebut akan menjadi pengawas lembaga besar tersebut.
Danantara yang akan mengelola aset sekitar US$900 miliar atau setara Rp14.647 triliun. Sebagai awalan, Danantara diberikan 'modal investasi awal' berupa dana segar dari negara senilai US$ 20 miliar untuk menggeber 15 hingga 20 proyek pada tahun ini.
Lembaga ini akan melapor langsung pada presiden. Mengacu UU BUMN yang baru saja diresmikan, Danantara akan diberikan otoritas untuk menerbitkan surat utang dan mengamankan pinjaman.
Penting dicatat, Danantara tidak akan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkecuali diperintahkan atau atas izin dari DPR-RI. Audit akan dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik.
Selain itu, pengurus Danantara juga dibebaskan dari tanggung jawab hukum ketika terjadi kerugian kecuali karena kelalaian, konflik kepentingan, atau keuntungan pribadi (conflict of interest) yang terbukti melanggar hukum.
Kementerian BUMN tetap memiliki hak veto dalam keputusan personel dewan BUMN. Menteri BUMN bertindak mengambil peran pengawasan Danantara.
(rui)