Rupiah memiliki level support psikologis pada level Rp16.350/US$ dan Rp16.400/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya kembali kepada level Rp16.450/US$ dalam nantinya.
Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, mayoritas mata uang Asia juga menguat dipimpin oleh baht 0,18%, lalu dolar Singapura 0,16%, yen Jepang 0,15%, ringgit 0,14% dan yuan offshore 0,07%. Sedangkan di zona merah, hanya ada dolar Hong Kong yang bergerak turun tipis.
Sentimen dalam negeri mungkin akan memberi sokongan di mana pelebaran lagi selisih imbal hasil investasi RI dengan Amerika, sepertinya akan terus menarik lagi arus modal asing masuk.
Laporan Bank Indonesia, berdasarkan data transaksi 17-20 Februari 2025, investor nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp7,58 triliun.
Angka itu terdiri atas jual neto sebesar Rp0,46 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp6,96 triliun di pasar SBN, dan Rp1,08 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Hari ini, Presiden Prabowo Subianto akan meresmikan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara yang akan mengelola aset sekitar US$900 miliar atau setara Rp14.647 triliun.
Kelahiran Danatara itu menuai pro dan kontra. Di kalangan yang pro menilai, Danantara bila dikelola sesuai prinsip good governance ia potensial menjadi 'the next Temasek'. Namun, di kalangan suara kontra, mengacu pada banyaknya kasus pailit dan fraud di berbagai BUMN seperti Jiwasraya, Asabri, Istaka Karya, dan lain sebagainya, Danantara dinilai berisiko menjadi skandal baru di masa depan seperti 1MDB di Malaysia.
Pekan ini, di pasar global, pelaku pasar juga akan menunggu rilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) yang akan memberi petunjuk lanjutan tentang prospek kebijakan bunga acuan Federal Reserve. Itu juga akan memperkuat atau memperlemah sinyal positif yang sempat ditebar para pejabat The Fed pada pekan lalu, bahwa masih akan ada dua kali lagi pemangkasan bunga acuan The Fed pada tahun ini.
-- update analisis teknikal rupiah.
(rui)





























