Disusul oleh rupee yang naik nilainya 0,13%, yuan Tiongkok juga menguat 0,12% serta yuan offshore dan dolar Taiwan masing-masing naik 0,09% dan 0,07%.
Kinerja buruk rupiah sepekan ini terjadi bahkan ketika indeks dolar Amerika Serikat sejatinya bergerak melemah sekitar 0,18%. Selama 2025, rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Asia dengan penurunan nilai 1,25%, setelah rupee India yang juga tergerus 1,27% year-to-date.
Tekanan yang dialami rupiah diduga karena arus jual modal asing yang membesar sejak pekan lalu, terutama di pasar saham dan surat utang, juga di pasar Sekuritas Rupiah (SRBI).
Sebagai gambaran, net sell asing di pasar saham sebesar Rp457 miliar sampai perdagangan Kamis kemarin.
Di pasar surat utang negara, asing membukukan penjualan sebesar Rp1,78 triliun dalam dua hari perdagangan pertama pekan ini.
Sementara posisi asing di SRBI tergerus Rp3,5 triliun dalam sebulan terakhir. Bila diperpanjang rentangnya, yakni dalam tiga bulan terakhir atau sejak November, investor asing sudah menjual sedikitnya Rp25 triliun kepemilikan SRBI mereka.
Posisi asing di SRBI per 17 Februari kini tinggal Rp225,35 triliun, seperti data yang dilansir oleh Bank Indonesia.
Di pasar saham, pelemahan rupiah yang terus berlanjut bisa mengancam penurunan laba korporasi. "Market sangat concern terhadap rupiah. Kami pernah melakukan sensitivity analysis, setiap pelemahan rupiah 1%, akan berdampak pada earning growth korporasi sebesar 0,5%," kata Head of Research JPMorgan Indonesia Henry Wibowo dalam Bloomberg Economic Outlook 2025 di Jakarta, Kamis (20/2/2025).
Lelang SRBI
Lelang SRBI hari ini kembali memperlihatkan upaya bank sentral mengurangi pemakaian SRBI sebagai instrumen operasi moneter.
Tingkat bunga SRBI terus dipangkas hingga dalam lelang hari ini menyentuh 6,40% untuk tenor terpanjang 12 bulan. Itu menjadi level bunga SRBI terendah sejak instrumen itu pertama kali diperkenalkan pada pasar pada September 2023.

Sementara tenor terpendek yaitu SRBI-6M hari ini di 6,34% menjadi yang terendah sejak 20 Oktober 2023. Untuk tenor 9 bulan, bunga diskonto di level 6,37% juga menjadi yang terendah sejak BI menerbitkan instrumen ini untuk membantu rupiah yang terhantam sentimen eksternal pada 2023 lalu.
Animo investor dalam lelang SRBI hari ini tercatat sebesar Rp40,38 triliun, lebih rendah dibanding lelang terakhir pekan sebelumnya. Para investor juga terus menurunkan permintaan yield di semua tenor SRBI.
Permintaan yang cenderung landai dengan yield diminta juga turun, mendorong BI memutuskan penjualan hanya sebanyak Rp8 triliun, turun dibanding pekan sebelumnya sebesar Rp15 triliun.
Penurunan nilai yang dimenangkan memberi sinyal BI terus berupaya mengurangi pemakaian SRBI dalam operasi moneternya dan mendorong dana para investor bergerak menyerbu pasar surat utang negara yang terus mencetak reli kenaikan harga belakangan ini.
BI kemungkinan akan terus mengurangi nilai outstanding SRBI di pasar sekunder dengan pengurangan sekitar Rp2 triliun sampai Rp5 triliun per minggu untuk menggeser likuiditas perbankan dari SRBI ke pasar surat utang, menurut analis Mega Capital Lionel Priyadi.
(rui)