Harga saham Hyundai Steel melonjak hingga 10% di Seoul, kenaikan intraday terbesar sejak Desember 2024. Saham produsen baja Korsel lainnya, seperti Posco Holdings juga naik, sedangkan saham Baoshan Iron & Steel turun tipis di Shanghai.
Industri baja China mulai mengurangi produksinya karena krisis properti yang berkepanjangan mengurangi permintaan komoditas tersebut.
Meski begitu, negara Asia ini masih memproduksi dalam jumlah lebih banyak daripada yang bisa diserap pasar domestik, sehingga meningkatkan ekspor produknya ke luar negeri. Tahun lalu, ekspor baja China melonjak ke level tertinggi dalam sembilan tahun terakhir.
Awal bulan ini, Presiden Trump mengumumkan tarif 25% untuk semua impor produk baja dan aluminium yang masuk ke AS.
Upaya ini dilakukan agar negara-negara seperti China tidak menghindari bea masuk yang sudah berlaku. Tarif 25% ini muncul seminggu setelah Trump menambahkan bea masuk 10% untuk semua impor China.
Hyundai Steel mengatakan bisnisnya terganggu karena membanjirnya pelat baja canai panas dari China dan Jepang, sehingga mendorong perusahaan ini mengajukan keluhan pada pemerintah Korsel.
Produk-produk China dengan harga murah juga menjadi salah satu alasan mengapa Posco Holdings Inc, produsen baja terbesar di Korsel, menutup pabrik baja No. 1 di Pohang.
(bbn)