Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kenaikan nilai Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah dan bank sentral serta ULN perbankan telah mengerek naik lagi posisi ULN Indonesia pada Maret setelah sempat turun pada bulan sebelumnya. 

Nilai utang luar negeri pemerintah naik 0,9% menjadi US$194,01 miliar pada Maret lalu, atau meningkat US$1,73 miliar dalam sebulan. Disusul kenaikan ULN bank sentral 1,47% month-to-month dan ULN perbankan yang naik cukup tinggi 1,67% dibandingkan Februari.

Kenaikan posisi ULN pemerintah yang tercatat terbesar dari sisi nominal itu akhirnya mengerek posisi ULN Indonesia pada Maret lalu menjadi US$402,8 miliar, meningkat 0,35% secara bulanan.

Kenaikan ULN Indonesia pada Maret juga diikuti oleh kenaikan nilai ULN jatuh tempo dalam waktu kurang dari setahun. Berdasarkan Statistik ULN yang dirilis oleh Bank Indonesia, Senin (15/5/2023), nilai ULN pemerintah yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari setahun mencapai US$15,33 miliar per Maret 2023, tertinggi dalam tiga bulan pertama 2023. 

Mengacu pada kurs referensi JISDOR per Rp14.752/US$ pada 12 Mei, nilai utang jatuh tempo itu setara dengan Rp226,25 triliun. Porsi utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo itu setara dengan 23,4% dari total ULN Indonesia yang jatuh tempo dalam jangka pendek senilai total US$65,56 miliar. 

Meski mencatat kenaikan secara bulanan, posisi ULN Indonesia pada kuartal 1-2023 memang mengalami kontraksi 1,9%. Posisi penurunan ULN Indonesia melanjutkan tren kontraksi yang sudah berlangsung pada kuartal sebelumnya. 

Penguatan nilai tukar rupiah menghadapi dolar Amerika Serikat (AS) memberi kontribusi terhadap penurunan posisi ULN Indonesia secara kuartalan. Pada kuartal 1-2023, pergerakan USDIDR rata-rata berada di kisaran Rp15.233 per dolar AS. Sedangkan pada kuartal sebelumnya, pergerakan USDIDR berada di rentang Rp15.564 per dolar AS.

Masih cukup sehat?

Walau mencatat kenaikan nilai utang jatuh tempo secara bulanan, sejauh ini posisi ULN Indonesia masih cukup sehat. Indikasinya adalah penurunan rasio utang jangka pendek terhadap total utang maupun terhadap cadangan devisa.

Tercatat, pada kuartal 1-2023, rasio utang jangka waktu sisa terhadap total utang Indonesia adalah sebesar 16,28%, turun dari kuartal sebelumnya meskipun dibandingkan posisi kuartal 1-2022 mencatat kenaikan. Pada kuartal 1-2022, rasio utang jangka pendek terhadap total utang baru sebesar 15,3%.

Adapun rasio utang jangka pendek berdasarkan waktu sisa terhadap posisi cadangan devisa pada kuartal 1-2023 terpantau stabil di angka 45,16%. Indonesia juga mencatat penurunan debt to service ratio (DSR) tier 1 baik triwulanan maupun tahunan, masing-masing menjadi 15,89% dan 16,25%. Sedangkan DSR tier 2, masing-masing juga melandai menjadi 35,54% triwulanan dan 36,68% untuk rasio pembayaran utang tahunan. 

Akan tetapi, rasio utang terhadap ekspor dan terhadap PDB, pada Maret lalu masing-masing naik dibandingkan kuartal IV-2022 ke posisi 118,88% dan 30,11%. Walau begitu, bila menilik tren dalam lima tahun terakhir, posisi keduanya sudah jauh lebih rendah. Sebagai perbandingan, pada 2020 misalnya, rasio utang luar negeri Indonesia terhadap ekspor sempat menembus 214,62% dan rasio ULN terhadap PDB juga melambung ke posisi 39,35%.

Dukungan untuk rupiah

Terkendalinya posisi utang eksternal Indonesia sejatinya dapat memberikan dukungan pada nilai tukar rupiah yang saat ini tengah menghadapi tekanan berbagai sentimen.

Di antaranya kekhawatiran terhadap risiko resesi Amerika yang terindikasi meningkat tercermin dari jatuhnya indeks keyakinan konsumen pada April lalu. Juga, polemik utang Amerika yang semakin panas mendekati batas tanggal ketika pemerintah AS kehabisan uang awal Juni nanti.

Nilai tukar rupiah menghadapi dolar AS beberapa waktu belakangan terus tertekan hingga pada siang hari ini semakin terbenam ke level Rp14.819 per dolar AS.

Dana asing juga terus angkat kaki dari pasar keuangan domestik. Mengacu pada data BI selama pekan lalu 8-11 Mei, para pemodal asing mencatat jual bersih baik di pasar saham maupun obligasi senilai lebih dari Rp4 triliun. 


(rui/dba)

No more pages