Terlebih, Danantara juga akan melakukan investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT). “Jadi menurut saya ini bagus, pastinya untuk pasar domestik,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia berpotensi untuk mendapatkan investasi pembangkit EBT dengan kapasitas 10 GW dari Uni Emirat Arab (EUA) melalui Danantara.
Luhut mengatakan sistem investasi UEA ke Danantara pemerintah akan membuat badan usaha patungan atau joint ventures (JV) dengan perusahaan manapun di luar Indonesia. Dengan estimasi aset milik Danantara US$900 miliar, pemerintah diharapkan dapat mengelola US$200 miliar untuk investasi di sektor lainnya.
“Saya beri contoh. Sepuluh hari lalu, saya bertemu dengan Menteri Energi UEA [Suhail Mohamed Al Mazrouei] di kantor saya, lalu saya jelaskan kepadanya tentang Danantara,” kata Luhut.
Dalam pertemuan tersebut, Luhut menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia saat ini memiliki target untuk mengembangkan pembangkit berbasis EBT dengan total kapasitas 72 GW; yang terdiri dari berbasis tenaga panas bumi, air, angin, surya, panel surya terapung, atau yang lainnya.
“Dan dia berkata, ‘Oke. Melalui JV, kita [UEA] bisa bergabung dengan [berinvestasi untuk pembangkit EBT dengan kapasitas] 10 GW’. Pembangkit 10 GW itu nilainya setara dengan US$10 miliar,” tegasnya.
“Jadi bisa anda bayangkan, ada begitu banyak peluang saat ini,” tutupnya.
(fik/hps)