Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengklaim penerapan short selling dapat menambah likuiditas pasar saham Indonesia 2-3% dengan catatan para investor yang melakukan short selling menutup posisinya di hari yang sama.

Short selling merupakan transaksi penjualan efek dengan kondisi efek tersebut tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan. Strategi tersebut memungkinkan para investor untuk menjual saham yang belum dimiliki dengan harapan ketika harga saham turun, dapat dibeli kembali dengan harga yang lebih rendah.

“[Bursa] mengembangkan peraturan short selling, ini mekanisme short selling tetapi investor yang melakukan short selling, harus menutupnya di hari yg sama,” kata Head of Economic Analysis BEI, Vitri Herma Susanti di kegiatan Bloomberg Technoz Economic Outlook 2025, Jumat (21/2/2025).

Vitri juga menyampaikan saat ini Bursa telah merampungkan peraturan mengenai short selling tersebut dan akan diluncurkan pada kuartal II-2025. “Jadi ini kami juga berharap bahwa untuk tahap pertama, rencana akan diluncurkan Maret atau April [2025],” ucapnya.

Bursa optimistis dapat menambah likuiditas 2-3% dikarenakan praktek short selling tersebut biasa terjadi di berbagai bursa dunia. Vitri menyampaikan short selling di bursa Malaysia dapat menambah likuiditas 2%, sedangkan di bursa Thailand mencapai 5%, dan paling tinggi bursa Hongkong sampai dengan 17%.

“Kalau kita lihat short selling di bursa Malaysia itu dia 2% dari turnover, sementara Thailand 5%, Hongkong itu bisa sampai 17% bahkan. Harapannya ke depan kalau sudah diluncurkan itu juga bisa ikut menambah likuiditas yang ada di pasar,” ucap Vitri.

Berikut 10 saham yang dapat ditransaksikan dalam short selling.

  1. PT Alamitri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
  2. PT Astra International Tbk (ASII)
  3. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
  4. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
  5. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
  6. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
  7. PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
  8. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)
  9. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)
  10. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)

 
 
 
 

(fik/hps)

No more pages